SLEMAN – Dedaunan masih belum benar-benar kering dari embun pagi. Sampai di Desa Wisata Blue Lagoon, suasana tampak masih sepi. Belum terlihat ada pengunjung satu pun. Di lokasi hanya ada beberapa orang pengelola duduk-duduk menunggu tamu.
Sebelum berjalan jauh mengelilingi Blue Lagoon, sesuai aturan, semua diwajibkan mematuhi protokol kesehatan; mencuci tangan dan memakai masker. Untuk tempat mencuci tangan berada di samping loket karcis. Tepat di pintu masuk.
Setelah melakukan kewajiban itu, Wiradesa.co melangkahkan kaki. Ditemani syahdunya suara alam. Suara pepohonan yang dimainkan angin dan gemercik air mengalir di sungai. Semuanya masih asri.
Blue Lagoon merupakan objek wisata alam di Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Blue Lagoon punya spot bendungan dengan air jernih kebiru-biruan, ditambah bebatuan besar yang mempercantik sungai tersebut. Tak heran, banyak pengunjung berkunjung yang ingin menikmati suasana alamnya.
Tempat dan fasilitas telah ditata sedemikian rupa sehingga sangat cocok buat liburan keluarga. Terdapat beberapa gazebo berjejer menghadap sungai, dengan kapasitas tiap gazebo sekitar 6 orang. Tetapi di saat pandemi saat ini, hanya boleh ditempati maksimal empat orang saja. Selain itu, ada pula sarana outbond, upacara adat, camping, tempat makrab.
Humas Blue Lagoon, Tuwuh Widodo mengatakan, pembangunan kawasan Blue Lagoon sudah dirintis sejak 2013. “Pembangunan objek wisata sekitar 2013-2014. Sungai ini awalnya buat pengairan dan pemandian anak-anak. Kemudian dibangun fasilitas dengan swadaya masyarakat,” katanya, saat ditemui Wiradesa.co, di Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Selasa, 23 Februari 2021.
Meski sudah berjalan lama, objek wisata tersebut baru diresmikan Bupati Sleman Sri Purnomo, pada Minggu 22 Maret 2015. “Perizinan didapat pada 2015 lalu,” kata Widodo.
Sejak diresmikan, Blue Lagoon, banyak dikunjungi wisatawan. Sehari sekitar 1000-an pengunjung. “Di awal-awal pas masih ramai-ramainya, sehari sampai 1000-2000 orang. Padahal dulu enggak seperti ini. Dulu masih jalan setapak,” tuturnya.
Seiring ramainya pengunjung dan kucuran bantuan dari pemerintah, kawasan tersebut terus berbenah. Saat ini sudah ada beberapa toilet umum, musala dan spot foto, serta pelebaran jalan.
Dari awal berdirinya hingga saat ini, Blue Lagoon dikelola oleh masyarakat. Namun yang resmi menjadi pengelola ada sekitar tiga puluh orang. “Blue Lagoon dikelola komunitas masyarakat dari dulu. Untuk anggota ada sekitar tiga puluh orang,” imbuh Widodo.
Bagi wisatawan yang ingin menikmati indahnya alam dan mandi di sungai nan jernih, hanya dikenakan tiket masuk Rp10 ribu. (Syarifuddin)