Ada Nasi Bakar dan Kopi Nusantara di Kedai Sinau

BANTUL – Kolong Jembatan Siluk pernah menjadi lokasi kotor tempat buang sampah warga dan tempat buang sampah para pengguna jalan yang melintas di atas jembatan penghubung antara Desa Selopamioro dan Sriharjo, Imogiri, Bantul. Berkat kepedulian pemuda setempat yang membenahi kawasan kolong jembatan tersebut, kini tak ada lagi onggokan sampah. Di lokasi itu bahkan pernah didirikan taman baca.

“Taman baca Jembatan Edukasi Siluk masih ada. Punya 5000 koleksi buku. Tapi tempat sudah digeser. Tak lagi berada persis di bawah Jembatan Siluk tapi pindah tak jauh, sekitar 50 meter ke arah utara,” terang M Kuat salah seorang penggagas dan pendiri Taman Baca Jembatan Edukasi Siluk.

Menurut Kuat, kepindahan lokasi karena banyaknya anak-anak yang sudah mendaftar untuk ikut program dan kebetulan ada bantuan corporate social responsibility (CSR) dalam bentuk bangunan. Akhirnya dengan menyewa tanah kas desa didirikan bangunan limasan. Lokasi limasan tak berada persis di bawah jembatan tetapi menempati tanah bekas jembatan Belanda.

“Harapan saya setelah pindah lokasi banyak warga yang bisa memanfaatkannya. Sebagai ruang publik bagi siapa pun dan bisa menjadi tempat mengembangkan potensi yang ada di wilayah Siluk,” kata Kuat.

Baca Juga:  Peringati Hari Sumpah Pemuda, Taman Baca Mayuba Gelar Lomba Menggambar dan Mewarnai
M Kuat salah seorang penggagas dan pendiri Taman Baca Jembatan Edukasi Siluk (Foto: Sukron/Wiradesa)

Dengan fasilitas bangunan limasan anak-anak dapat mengikuti kelas melukis, kelas keterampilan, bimbingan belajar, kelas senam ibu dan remaja serta mubeng sampah. Dalam perkembangannya, banyak anak yang selalu ikut di setiap program. Peserta datang dari warga sekitar, tapi ada juga dari Imogiri, Kasongan dan Pleret.

“Program berlangsung tiap Minggu dan dinamai Sekolah Sungai Siluk, ada sekitar 72 anak yang ikut berbagai program,” tutur Kuat.

Agar lebih menarik, di samping sebagai taman baca dan ruang belajar, di lokasi tersebut kini didirikan kedai. Buka sore pukul 16.00 hingga 23.00. “Saya beri nama Kedai Sinau, ini sangat membantu dalam mengatasi kejenuhan pengurus,” imbuhnya.

Anak-anak mengikuti Sekolah Sungai Siluk (Foto: Sukron/Wiradesa)

Aneka menu tersedia di Kedai Sinau, di antaranya menu angkringan, nasi bakar dan kopi nusantara. “Hasil keuntungan kedai sinau 25% masuk untuk menjalankan program yang ada sehingga kemandirian masih terjaga,” imbuh Kuat. Lantaran berada di area taman baca, bagi pengunjung kedai, sembari jajan mereka bisa sambil membaca buku serta menikmati suasana pemandangan sore.

Baca Juga:  Candi Sari Seperti Tempat di Film “Game of Throne”

Meski telah pindah menempati lokasi baru yang lebih nyaman, lokasi lama taman baca di bawah Jembatan Siluk, tetap dipertahankan agar area tersebut tak dipakai lagi sebagai lokasi buang sampah. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *