KULONPROGO – Kebutuhan masyarakat terhadap layanan jasa katering menjadi peluang usaha bagi mereka yang punya keahlian khusus dalam masak-memasak. Menu tertentu seperti ingkung ayam, aneka tumpeng, makin jarang diolah sendiri kala ada kebutuhan seperti saat menggelar kenduri atau selamatan.
“Dulu saya pikir mau buka katering di kampung sempat khawatir kurang laku. Kan orang umumnya masak sendiri. Namun, setelah dijalani, di kampung pun katering tetap laku,” ujar Ismiyati yang bersama suaminya Aminudin mendirikan usaha katering ‘Amin Daffa’.
Ditemui wiradesa.co di rumahnya di Pandowan RT 03 RW 01 Kedundang, Temon, pada Sabtu 13 November 2021, Amin dan Ismiyati mengisahkan perjalanan usaha katering yang mereka jalani. “Dulu saya orang perantauan. Bersama istri merantau ke Bintaro Tangerang Selatan. Saya karyawan. Sementara istri punya latar pernah kerja di Ayam Bakar Wong Solo. Saya pulang kerja selalu sore sehingga dibikinkan bekal nasi lauk sayur dari rumah pakai lunch boks,” kenang Amin. Dari bekal yang dibawa Amin beberapa teman kantor tertarik ikut pesan nasi boks buat makan siang kepada Amin. Dari beberapa orang pesanan makin bertambah lantaran merasa cocok dengan masakan Ismiyati.
“Benar-benar nggak sengaja. Dari semula satu orang teman kantor suami lama-lama tambah banyak yang pesan. Jadilah buka katering menu makan siang kecil-kecilan,” imbuh Ismiyati. Tepat anak pertama lulus SMP, Ismiyati dan Amin mengambil keputusan pulang kampung di Temon. Membuka usaha katering melanjutkan wirausaha yang pernah dirintis di perantauan.
Ismiyati mengingat, pertama kali buka katering pada Juli sebulan berikutnya pesanan buat kebutuhan acara Agustusan banyak yang masuk. “Kami menjalankan bisnis atau usaha ini benar-benar mengalir apa adanya. Kebetulan bisa masak, suami bisa marketing. Mulai ramai komunitas, ikut gabung. Ikuti pelatihan. Banyak pelanggan menyarankan agar kami lebih fokus pada olahan ayam khususnya ingkung kanil,” katanya.
Pembeli atau pelangganlah yang menurut Ismiyati banyak menginspirasi. Tak sedikit pelanggan dari kalangan pejabat ASN, TNI Polri, hingga pejabat yang terus memberi dorongan semangat kepada Ismiyati dan suami hingga mereka menemukan branding kuat pada olahan menu ayam khususnya ingkung kanil dan ayam bakar.
“Yang menamai ingkung kanil adalah pelanggan. Karena santan kanilnya banyak lalu pelanggan kasih nama ingkung kanil. Kami ikuti saja,” jelasnya. Kini banyak pesanan yang masuk kepada Amin dan Ismiyati. Seperti tumpeng ulang tahun, wiwit proyek, wiwit tanam, tumpeng slametan, tumpeng pengajian, slametan hamil tujuh bulanan, akikah, slametan lahiran, ater-ater hajatan.
Mengandalkan kekuatan rasa masakan dengan perpaduan bumbu yang diracik Ismiyati, menu ayam bakar, ingkung kanil rupanya mampu merebut hati pelanggan warga Kulonprogo. Bahkan, kata Amin, banyak pejabat yang telah mencicipi ingkung kanil dan ayam bakar ‘Amin Daffa’. “Dari pejabat, pak bupati Kulonprogo, wakil bupati, kepala dinas, kapolres, mantan kapolres serta sejumlah pejabat lain sudah pernah mencicipi dan langganan memesan. Alhamdulillah semua nyengkuyung, mendukung, memberi arahan, memberi semangat kepada kami,” ucap Ismiyati sembari menyebut besaran harga ingkung kanil ayam kampung hanya dia hargai Rp 150 ribu dan siap antar tanpa tambahan ongkos kirim. Sedangkan ayam bakar dari ayam broiler hanya dibandrol Rp 70 ribu saja.
Kiat pemasaran yang dilakukan Amin selain gabung komunitas dan berkenalan dengan lebih banyak orang, salah satunya dengan mengajak foto selfi para pelanggan saat melakukan pengantaran. Ratusan dokumen foto selfi dengan para pelanggan dia unggah di akun media sosial miliknya. Selain itu ia berusaha luwes dalam hal pelayanan. “Dengan harga terjangkau, pesanan tanpa batas limit tertentu, pesan satu pun dibikinkan,” pungkasnya. (Sukron)