YOGYAKARTA – Alex penjual kopi tubruk yang berkeliling setiap pagi dan sore. Dia menggunakan gerobak dan papan sebagai tempat meracik kopi. Papan ditempatkan di bagian belakang sepeda motor. Dengan cara seperti itu, dia leluasa berjualan kopi ke mana-mana.
Kopi yang dijual beraneka ragam. Harga kopinya pun sangat murah. Segelas hanya Rp5.000.
Laki-laki asal Jawa Barat itu menyebut, ada 15 macam kopi dari berbagai daerah yang disediakan untuk pembeli. “Kami ada lima belas kopi. Dari setiap pulau ada. Kecuali kopi dari Nusa Tenggara Timur dan Barat kita belum ada, kopi Maluku belum ada. Tapi kalau pulau yang lain ada semua. Dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua, Bali semuanya ada,” katanya saat ditemui Wiradesa.co, di Jl Ipda Tut Harsono, pada Senin 29 Maret 2021.
Karena lengkapnya pilihan jenis kopi yang disediakan, lulusan Universitas Sanata Dharma dengan mudah membuatkan kopi sesuai keinginan pelanggan. Maka tak heran jika banyak kalangan anak muda pemburu kopi tubruk datang dan pergi ke tempat dia berjualan.
“Di sini ada 15 macam kopi. Yang datang ke sini pasti orang yang suka ngopi. Terus tinggal saya arahkan. Seleranya gimana. Kalau yang satu nggak cocok kami coba yang lain. Biasanya kalau sampai tiga atau empat kali coba, pelanggan akan menemukan selera yang pas,” katanya.
Setiap pagi dia membuka Warung Kopi Tibra dari Jam 06.00-11.00 di depan Balai Kota Yogyakarta. Sore hari dia berjualan di Alun-alun Kidul, pukul 15.00-21.00.
“Kami buka di depan Balai Kota dari pagi sampai siang. Kalau di Alun-alun Kidul, buka dari sore sampai malam,” tuturnya.

Alex mengatakan, dirinya berjualan kopi sejak Juli 2020. Dipilihnya usaha tersebut karena bahan baku tak gampang basi. Selain itu, dia ingin menghidupkan kopi tradisional dengan cara ditubruk dan kopi-kopi lokal yang dijualnya pun tidak banyak dimiliki warung kopi lain.
Sebelum berjualan keliling, laki-laki yang saat ini tinggal di Babarsari mengaku pernah menyewa tempat untuk berjualan. Tetapi karena pemasaran dirasa sulit, akhirnya dia memilih usaha keliling di tempat-tempat ramai. Bagi dia usaha keliling cukup efektif untuk mengenalkan kopi tubruk. (Syarifuddin)