Ekonomi Rumah Tangga Terbantu Berkat Produksi Sambal Kemasan dan Pastel

SLEMAN – Sambal terasi, bawang dan sambal kecap, ketiganya terbilang sebagai varian sambal rumahan. Biasa dikonsumsi sehari-hari sebagai pelengkap hidangan di meja makan. Ketiga macam sambal itu terbilang disukai dan jadi pilihan penyuka rasa pedas.

Bagi penyuka sambal yang tak sempat menyambal sendiri, juga sangat dimudahkan lantaran telah ada sambal kemasan baik sambal terasi, bawang maupun sambal kecap siap santap. Stanley Budianto (50) lelaki asli Palembang yang bermukim di Panggungan Lor Trihanggo Gamping, Sleman menangkap dengan jeli peluang pasar produksi sambal kemasan. Dia mengakui, bisnisnya menyasar segmen pasar penggemar sambal yang menginginkan kepraktisan.

“Sambal terasi, sambal bawang dan sambal kecap, dikemas rapi agar mudah dibawa bepergian. Tidak mudah rusak dan tetap enak,” kata Stanley. Menurutnya, ide produksi sambal kemasan yang dia namai sambal Jipong bermula dari usaha jualan bebek goreng. Dulu saat dia jualan bebek goreng, banyak pelanggan yang mengaku suka dengan cocolan sambalnya.

“Terlintas pikiran kenapa tak sekalian bikin sambal kemasan,” ucapnya. Stanley kini justru berfokus pada produksi sambal kemasan. Sedangkan usaha bebek goreng tetap ditekuni namun diformat sebagai bisnis rumahan. Produksi mana kala ada pesanan.

Baca Juga:  Sarkum, Jualan Dawet Wira-wiri Bantu Sesama
Foto: Sukron/Wiradesa

Stanley pun menceritakan proses bagaimana ia mengolah sambal yang membutuhkan waktu hingga dua jam. Untuk sambal kecap bahan yang ditambahkan berupa cabai, bawang putih, bawang merah, garam, rosemary, kaldu jamur. Semua bahan masuk wajan dan dimasak sekitar dua jam. Pada sambal bawang resep hampir sama minus tambahan kecap sementara pada sambal terasi, dia memakai terasi khusus dari Juwana, Pati. Bahan lain yang ditambahkan hampir sama berupa cabai, berambang, rosemary, garam, kaldu jamur. Semua bahan dimasak menjadi sambal padat, kental, dan kering. Sambal terasi sengaja tanpa memakai tomat agar sambal tak lekas basi.

“Sambal kemasan laku dijual Rp 20 ribu. Kemasan 120 gram. Konsumen selain kalangan rumah tangga juga dari orang-orang yang cari oleh-oleh saat berkunjung ke Yogya. Mereka tahu merek kami dari informasi mulut ke mulut,” terang Stanley.

Di dapur rumah, selain produksi sambal kemasan, Stanley dibantu sang istri kini menambah produksi pastel dengan isian telur dan ayam.

Dia mengatakan, produksi pastel bermula dari kebisaan istrinya bikin pastel. Di masa pandemi, pastel ia perkenalkan kepada khalayak yang butuh camilan dan lauk praktis dan murah. Tak dinyana di musim awal pandemi peminat pastel cukup tinggi. Ratusan pastel dia olah saban hari melayani pesanan seputar Sleman bahkan pesanan dari pembeli di Solo, Magelang dan Semarang.

Baca Juga:  Bakmi Jawa Pak Agus, Potongan Daging Ayam Lebih Banyak

“Jalan beberapa bulan permintaan pastel saat ini sudah mulai menurun. Ya hanya saling melengkapi dengan pesanan sambal. Dari dua olahan, sambal dan pastel bisa dibilang hasilnya sangat membantu ekonomi rumah tangga,” paparnya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *