Freddie Slamet Widodo Ajari Anak-anak Melukis di Batu Putih Pipih

KULONPROGO – Batu putih yang banyak berserak di pekarangan dan kebun, di samping dapat dipergunakan sebagai material pondasi bangunan, ternyata bisa dimanfaatkan sebagai media menuangkan kreativitas seni. Freddie Slamet Widodo, seniman yang banyak berkarya membuat patung besi, tembaga, cor logam, fiber hingga batu menuturkan, proses kreatif yang ia lakukan dengan menjadikan batu putih layaknya sebuah kanvas. Slamet melukis di atas batu pipih.

“Sebelum diamplas halus, batu putih dicuci bersih. Disikat pakai sikat kuningan. Kalau mau bagus dibersihkan pakai soda api. Cuci pakai sabun. Rapatkan pori-pori pakai Mowilex Clear. Tapi bila sekadar latihan melukis bagi anak-anak, pori-pori dapat ditutup pakai lem kayu,” terang Slamet, Selasa, 16 Maret 2021.

Motif lukisan pada batu putih bermacam-macam. Anak-anak yang datang belajar melukis di Sanggar Rupa Seni milik Slamet yang berada di Banggan, Sukoreno Sentolo, Kulonprogo, rupanya punya imajinasi masing-masing. Misalnya gambar ikan, tawon, gedung, masjid, hingga motif hewan serigala, marmut.

“Karya anak-anak ini masih belum selesai. Masih butuh sentuhan finishing agar makin menarik,” katanya. Ayah dari Angkup Sekar Arum menuturkan, sejak musim pandemi ini, dia mengaku sepi job, tak beroleh proyek pekerjaan. Tak mau menganggur begitu saja, untuk menyambung hidup dia pernah jualan faceshield bikinannya, lalu beberapa kali diundang isi pelatihan oleh Balai Latihan Kerja (BLK) dan dinas setempat, juga diminta mengisi workshop. Sehari-hari ia juga berdagang singkong dan beras.

Baca Juga:  Masa Tunggu Lama, Naura Farzana Faradisa Daftar Haji Usia 12 Tahun
Lukisan cantik di atas media batu putih (Foto: Sukron/Wiradesa)

“Cat yang dipakai anak-anak sisa mengisi workshop,” terang Slamet yang mengaku setelah lulus SMSR melanjutkan ke Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Jurusan Seni Patung. Di bagian belakang rumah, Slamet membimbing sejumlah anak berusia SD membikin karya lukis batu. Hasil boleh dibawa pulang. Sebagian lagi ditinggal di tempat Slamet.

Didukung sang istri Tya SW, Slamet dibantu relasi pertemanan membangun taman baca mungil di samping bengkel seni di belakang rumah. Keinginan buka taman baca sudah terlintas sepuluh tahun lalu namun baru terealisasi saat ini. “Bangunan taman baca sangat sederhana. Kombinasi papan GRC, bagian bawah batako. Untuk koleksi buku-buku sumbangan dari dosen, para seniman yang simpati,” ujarnya. Slamet berharap, Pemkab Kulonprogo melalui dinas terkait turut mendukung menyediakan sarana ruang pamer bagi karya lukis batunya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *