SLEMAN – Jago memasak. Itulah salah satu keahlian yang pantas disematkan pada Trisni Setyaningsih. Wanita berusia 40 tahun yang berdomisili di Blunyah Turi, Sleman berhasil mengarungi pahit manisnya kehidupan dengan menggeluti dunia kuliner. Berawal dari ternak ayam dan bebek, dia mencoba mengolah hasil ternaknya itu menjadi sajian yang lezat.
Suaminya, Sunarto (43 tahun) memiliki kesibukan membuka bengkel mobil. Dia mendukung penuh apa yang sudah menjadi kesepakatan istrinya.
“Saya dan suami mencoba membuat penetasan telur ayam dan telur bebek, tetasan ayam dan bebek mencapai 200 ekor saat itu, waktu panen mendekati hari raya Idul Fitri. Rencana mau dijual ke pedagang tidak jadi karena harga yang rendah. Akhirnya, saya dan suami mencoba mengolah ayam dan bebek siap panen itu dengan digoreng dan di bakar,” tuturnya.
Hasil dari olahan masakan itu mereka pasarkan online setiap hari. Untung banyak rekan dan saudara yang berminat. Jalan rezeki semakin terbuka. Semenjak itu banyak yang minta nasi box. Baik pesanan dari instansi sampai personal, konsumennya semakin merambah. Dia melayani beberapa menu seperti nasi ater-ater, kenduri, aqiqah, snack. Kini katering sudah memiliki karyawan dan tim. Banyak pelanggan yang cocok dengan menu spesial, aneka bebakaran.
“Pada awal merintis usaha sebenarnya ingin mencari kesibukan karena saya baru saja ditinggal ibu, ibu yang menjadi panutan dalam kehidupan secara tidak langsung telah mempengaruhi cara berfikir saya. Semangat yang pantang menyerah mengalir dalam diri saya. Saat itu sangat terpukul sekali ibu meninggal. Tapi apakah saya terus berlarut-larut dalam kesedihan? Di tengah-tengah antara kesedihan dan rasa ingin bangkit itulah mendorong saya untuk mengawali usaha. Disisi lain suami masih bekerja di Semarang di show room mobil sedang anak masih kecil. Tiap malam sering menangis sendiri. Dengan segenap usaha mencoba untuk melangkah membuat makanan basah yang dititipkan di warung-warung. Usaha ini berjalan satu bulan, kemudian mencari kesibukan lain dengan mengemas makanan curah dan dititipkan di warung, juga tidak berjalan lama,” ungkapnya.
Saat bisnisnya ini sudah menapaki kesuksesan, rupanya tantangan juga masih menghadang. Hal itu dia rasakan saat konsumen meminta pesanan secara mendadak. Tak ayal dia harus mengorbankan waktu istirahat untuk melayani pesanan itu. Padahal pada hari yang sama harus melayani beberapa pesanan lain yang harus dikerjakan.
“Motivasi kami adalah bisa berbagi dengan orang lain itu merupakan suatu yang indah. Walau terkadang ada orang yang tidak suka tapi itu biarkan saja. Waktu yang akan membuktikan bahwa kita berguna untuk orang lain, masyarakat, negara dan bangsa. Karena tidak langsung kita telah membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain karena kami ada tim reseller, tim IT, tim memasak,” jelas wanita yang sehari-hari bekerja di perpustakaan salah satu SMA di Kabupaten Sleman itu. (Ririn Kada)