Gotong Royong Warga Kertomulyo Mempersiapkan Kertomulyo Culture Festival

Foto: Wiradesa

PATI – Sudah sebulan ini, warga Desa Kertomulyo nampak lebih sibuk dari biasanya. Ada yang berlatih menari, rebana, musik perkusi menggunakan kentongan, dan ada pula yang sedang membuat ornamen-ornamen panggung. Tiap malam, di sudut-sudut desa, bapak-bapak dan kelompok pemuda bermusyawarah di balai desa atau di rumah-rumah warga.

Usut punya usut, warga Desa Kertomulyo sedang sibuk mempersiapkan perhelatan budaya yang mereka beri tajuk Kertomulyo Culture Festival (KCF).

Desa Kertomulyo adalah sebuah desa di pesisir pantai utara, tepatnya di Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati. Desa yang terkenal dengan Pantai Kertomulyo-nya ini memiliki budaya maritim dan agraris yang tumbuh beriringan dengan kuat. Hal tersebut nampak dari mayoritas warganya yang berprofesi sebagai petani dan petambak garam.

Seperti layaknya desa-desa lain di sepanjang pantura, Desa Kertomulyo juga memiliki budaya santri yang kuat. Hampir seluruh pemudanya adalah santri atau lulusan pesantren.

Mengenai acara Kertomulyo Culture Festival, Moh. Asyhar Fikry (30 tahun), selaku ketua panitia menyampaikan, festival ini digagas oleh warga Kertomulyo sendiri, terutama para pemudanya yang tergabung dalam Sanggar Pasinaon dan Karang Taruna. “Idenya adalah mensyukuri dua budaya maritim dan agraris yang tumbuh berkembang di desa Kertomulyo,” ujar Moh Asyhar Fikry.

Baca Juga:  Dies ke-60, Perikanan UGM Tebar 6 Ribu Ikan

Lebih lanjut, pemuda berkacamata yang juga menjabat sebagai Ketua Karang Taruna Kecamatan Trangkil ini menjelaskan, warga desa antusias menyambut perhelatan ini. Dalam festival ini, warga menjadi key person. “Warga sudah punya satu persepsi, bahwa ini untuk kemajuan desa dan memang harus di-sengkuyung bareng-bareng,” jelasnya.

Tokoh pemuda Desa Kertomulyo lainnya sekaligus pendamping program ini, Mohammad Salman (25 tahun) menambahkan, festival yang baru pertama kali diadakan ini diharapkan bisa menjadi wadah berekspresi, kolaborasi, serta pemberdayaan bagi masyarakat Desa Kertomulyo.

Kertomulyo Culture Festival adalah program hasil kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui program Pemajuan Kebudayaan Desa (PKD).

Program Pemajuan Kebudayaan Desa ialah program prioritas Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang didukung oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Visi program ini berupaya membangun desa mandiri melalui peningkatan ketahanan budaya dan kontribusi budaya desa di tengah peradaban dunia.

Tahun 2021, dipilihlah 359 desa untuk menjadi pelaksana program ini. Dari jumlah tersebut, 28 di antaranya adalah desa-desa yang berada di wilayah Jawa Tengah, dan salah satunya adalah Desa Kertomulyo.

Baca Juga:  Operasi Zebra Candi 2021, Polisi Bagikan Sayuran, Helm dan Masker dengan Kostum Kerajaan
Foto: Wiradesa

Kertomulyo Culture Festival akan diadakan pada tanggal 20- 24 Oktober 2021 di Balai Desa Kertomulyo. Sejumlah kesenian warga akan tampil dalam festival ini, antara lain Baruno, Mandailing, Tongtek, juga pementasan teater dan rebana. Selain itu, diadakan pula kegiatan-kegiatan yang lebih bersifat partisipatif, antara lain Sekolah Desa, sarasehan budaya, kirab budaya, workshop penulisan naskah ketoprak, ngepyak bandeng dan pasar rakyat.

Untuk menggarap acara yang rencananya akan digelar lima hari ini, warga desa Kertomulyo turut mengajak beberapa pihak yang dianggap kompeten untuk berkolaborasi, antara lain ketjilbergerak dari Yogyakarta, IPNU-IPPNU Pati, dan Forum Teater Kota Pati.

Salah satu kolaborator festival, ketjilbergerak, komunitas yang bergerak dalam bidang seni dan pendidikan ini akan membantu terutama dalam bidang branding acara dan dokumentasi. Yossi Grafianto (26 tahun), perwakilan ketjilbergerak yang dipasrahi sebagai koordinator bidang dokumentasi merasa senang sekali diajak oleh teman-teman desa untuk turut membangun festival ini, juga membantu merekam dan mengarsipkan kebudayaan Desa Kertomulyo. Meskipun ada perbedaan budaya dari tempat saya berasal, namun hal itu justru bisa menjadi dinamika yang menarik.

Baca Juga:  Keindahan, Kebersihan, dan Pemberdayaan Masyarakat Kampung Warna Warni Jodipan

Meskipun gelaran ini digagas dan digerakkan oleh warga Desa Kertomulyo sendiri, namun tak dipungkiri ada beberapa pihak yang menyangsikan penyelenggaraan festival ini. Terkait hal ini, Salman yang pernah menjabat sebagai Ketua PC IPNU Kabupaten Pati ini menegaskan, memang ada sebagian masyarakat Kertomulyo yang mempertanyakan kebermanfaatan KCF terhadap masyarakat. “Bagi saya, hal itu wajar karena warga butuh bukti, bukan hanya sekedar wacana,” tegasnya.

Fikry yang merupakan lulusan Psikologi UMS ini berharap, semoga KCF bisa menjadi ajang kegiatan tahunan di Kertomulyo sehingga dapat memantik masyarakat untuk bisa berkesenian dan menghidupi nilai-nilai yang ada di desa.

Semoga Kertomulyo Culture Festival bisa betul-betul menjadi ruang silaturahmi dan ruang menghidupkan semangat musyawarah dan gotong royong di pesisir pulau Jawa seperti yang diharapkan warganya. (Greg Sindana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *