BANTUL – Lesunya perekonomian dampak pandemi Covid – 19 sangat dirasakan para pelaku usaha. Omzet usaha anjlok bahkan menurun hingga 75 persen.
Pendapatan menurun sangat drastis hingga 75 persen dirasakan Fathul Jannah pemilik usaha jahit dan bordir di Yogya. Pemilik brand DJ Collection tersebut dihadapkan pada pilihan sulit sehingga dengan terpaksa dia mesti merumahkan tiga orang tenaga penjahit dari enam karyawan yang selama ini biasa membantunya.
“Dari seorang diri pada 1999, lalu tambah dua karyawan, tambah lagi sampai 12 orang. Ada yang nikah dan mendiri. Karyawan tersisa enam orang. Cukup lama bersama tim enam orang. Tapi akibat sepi order kebaya, baju seragam, omzet juga turun. Di musim pandemi setahun ini masuk karyawan dibuat gantian namun hal itu tidak efektif. Jadi akhirnya terpaksa harus memilih. Yang tiga itu akhirnya dirumahkan,” tutur Fathul Jannah, saat ditemui di Kauman, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, Rabu, 3 Februari 2021.
Sebagai pengusaha, Fathul Jannah telah berpengalaman menyelami pasang surut dunia usaha. Dia mencoba mengambil langkah cermat menyelamatkan usaha di masa pandemi. Dia terus berkreasi dan mencari peluang untuk mendapatkan pemasukan. Satu persatu semua kontak pelanggan dia hubungi. Silaturahmi, tegur sapa lewat online dia lakukan. Satu dua pesanan dari tegur sapa via daring dia dapatkan.
Selain fokus kepada produk kebaya encim, bordir dan pesanan seragam, Fathul Jannah mencoba membuat masker batik dari kain perca. “Saya berusaha selalu menangkap peluang. Salah satunya membuat masker. Begitu masker kain batik dipromosikan, banyak mendapat pesanan,” ujarnya.
Untuk menarik minat pelanggan didesain masker batik yang nyambung dengan fesyen, tetap keren saat dipakai, padu dengan konsep berbusana batik. Begitu masker bermotif batik mulai redup Fathul Jannah beralih berkreasi dengan masker bermotif bordir dan brokat.
Guna mendukung pemasaran, perempuan yang pernah berkarier lama di perusahaan swasta di Surabaya sering mempromosikan kepada tamu dan teman-temannya. Dengan cara seperti itu, ujarnya, terbukti membuahkan hasil. Ribuan masker produk DJ Collection terjual. “Pernah satu minggu dapat pesanan hingga dua ribu masker batik, dikirim ke berbagai wilayah termasuk dapat pesanan dari Kalimantan,” katanya.
Sejak awal produksi masker, pemasaran tidak dijual eceran, lebih diutamakan jual lusinan. Tiap satu lusin masker kain batik dipasarkan Rp75 ribu. Masker bordir perlusin Rp240 ribu sedangkan masker brokat tiap lusin Rp210 ribu. “Harga tersebut harga reseller. Selain bikin masker, agar bisa jalan, penyesuaian terus dilakukan. Ada permintaan bikin produk apa, asal terkait jahit-menjahit sebisa mungkin dikerjakan. Seperti belum lama ini. Ada pesanan tas kombinasi batik. Sesulit apa pun sebagai orang wirausaha tetap berupaya mencari jalan keluar. Sambil memperkuat doa kepada yang Kuasa karena Dia yang akan menggerakkan hati orang untuk memesan atau membeli produk saya,” tutupnya. (Syarifuddin)