KULONPROGO – Halaman rumah itu dipenuhi parkiran motor. Para pemilik motor rupanya tengah duduk mengantre untuk merapikan rambut mereka. Sementara seorang lelaki bertubuh tinggi dengan balutan masker di wajahnya terlihat sedang tekun menyisiri rambut pelanggan. Dia Ahmad Wahyudi (39), pemilik tempat potong rambut Rebo Barbershop. Wahyu, sapaannya, terlihat piawai memainkan alat cukur elektrik.
Kepada Wiradesa.co, Wahyu mengaku tempat usahanya tak pernah sepi. Terkadang sampai larut malam, tamu masih berdatangan. Selain membuka salon di rumah yang beralamat di Sukoponco, RT 10/ RW 05, Sukoreno Sentolo, Kulon Progo, dia juga mempunyai satu outlet di kawasan pasar Godean, Sleman.
Dahulu, masyarakat mengenal tempat cukur rambut di bawah pohon atau di emperan toko. Bisa dibilang, Wahyu berinovasi. Lewat sentuhan tangan dinginnya, dia telah menjadikan barbershop menjadi pilihan utama para kaum pria untuk memangkas rambut dan melakukan sejumlah perawatan rambut. Tak hanya bermodal cermin, sisir, dan gunting, tetapi ia juga menyediakan pelayanan lebih seperti creambath dan sesi pijat setelah potong. Jika tukang pangkas rambut biasanya hanya mencukur model rambut yang itu-itu saja, Wahyu memberikan banyak referensi model rambut masa kini yang tentunya membuat penampilan semakin menawan.
Usaha Wahyu ini bisa dikatakan telah mencapai titik sukses. Dia telah merekrut beberapa karyawan yang ahli untuk membantu di outlet barbershopnya. Meski demikian dia mengaku masih perlu banyak inovasi agar usahanya makin berkembang.
“Kalau sekadar kerja dan kerja mungkin terasa lelah tapi kalau ada kreativitas dan karya seni, itu yang membuat saya kuat sampai saat ini. Dan kepuasan pelanggan juga sebagai motivasi saya, karena kepuasan pelanggan juga kepuasan saya pribadi. Toh saya juga sebagai tulang punggung keluarga,” ungkapnya.
Lelaki yang memiliki dua anak ini telah menapaki sejarah perjuangan yang panjang. Sebelum mengenal dunia barbershop, dia meniti karirnya sebagai akunting di sebuah perusahaan di Ibukota. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Suwarni (34) yang sekarang menjadi istrinya.
Tinggal di Ibukota, Wahyu banyak mengalami tekanan hidup yang rumit. Bahkan di sela-sela pekerjaannya dia masih menguras tenaga sebagai tukang ojek. Lebih dari 5 tahun bekerja di sana merasa tidak ada harapan. Wahyu pun memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Awal tahun 2012, bersama istri dan anak-anak dia memulai kehidupan yang baru di Sukoponco. Dia mencoba melamar beberapa lowongan pekerjaan di pabrik sekitar, tetapi tidak betah dan tidak cocok. Sampai akhirnya dia mencoba lagi untuk melamar di sebuah salon khusus laki-laki yang terkenal bonafit.
Dengan berlatar belakang pendidikan diploma akutansi, dia mencoba hal baru di bidang barbershop. Beberapa pelatihan keterampilan mencukur dia ikuti. Meski tidak pas dengan latar pendidikan yang dia miliki, tetapi dia sangat menikmati dunia barunya.
Berawal dari karyawan di sebuah barbershop, dia mencoba membuka usaha sendiri. Memanfaatkan waktu libur, tiap Rabu, untuk membuka usaha potong rambut di rumah. Dan aktivitasnya tiap Rabu di rumah ternyata membuka ruang rezeki lebih besar. Wahyu berangsur hidup mandiri sebagai pemilik barbershop. Nama Rebo Barbershop eksis hingga kini. Bagi Wahyu, Rebo (Rabu) menjadi hari istimewa karena pada hari itulah dia dilahirkan. “Usaha yang saya rintis ini bukan sekadar kerja atau bisnis, tapi ini merupakan implementasi karya seni yang tiada batas,” tambahnya. (Ririn Kada)