Bisnis Properti Bawa Hoki

Dedi, Saklar Property Group

KULONPROGO – Bisnis properti cukup menggiurkan. Harga properti cenderung meningkat dan permintaan tetap tinggi. Banyak yang mencari, mulai dari tempat tinggal hingga tempat usaha. Tak heran jika para pelaku bisnis ini bisa meraup keuntungan yang besar.

Peluang bisnis ini ditangkap oleh Dedi Trisnowanto (35). Sebagai karyawan swasta, Dedi sering membantu teman-temannya yang ingin menjual atau membeli properti seperti rumah dan tanah. Dari kebiasaan ini lahirlah brand bisnis miliknya. Pria yang tinggal di dusun Sukoponco, Sukoreno, Sentolo, Kulonprogo ini akhirnya membuka sebuah usaha yang ia beri nama Saklar Property Group (SPG). Awalnya dia sering melihat transaksi antara pemilik, pembeli dan mediator. Lalu tumbuh hasrat dalam dirinya untuk mencoba tantangan peluang tersebut.

Klien-klien yang dia dapat biasanya dari kalangan teman kerja, para dosen atau guru besar, hingga kontraktor/pengusaha di bidang properti. Dia mengaku tak mengalami kesulitan saat mencari klien karena melalui kecanggihan teknologi saat ini dia bisa memanfaatkan berbagai media sosial untuk menjangkau target pasarnya.

Baca Juga:  Musim Kemarau Petani Karangwetan Terbantu Sumur Timba

“Alhamdulillah, mulai mencoba, akhirnya berhasil. Ternyata bisnis ini membawa hoki. Kemudian tercetuslah mendirikan Saklar Property Group,” tutur bapak tiga anak ini. Dikatakan Dedi, SPG memiliki filosofi mendalam. Saklar dapat diartikan sebagai penyambung, penghubung. Dalam bisnis Dedi, Saklar Property Group adalah sebuah media untuk menghubungkan atau menyalurkan antara keinginan pembeli dan pemilik dalam bisnis properti. Tentu dengan kesepakatan di awal akan ada fee bagi sang mediator. “Untuk fee sekitar 2,5% dari harga deal,” bebernya.

Selama menjalankan usaha ini, Dedi mengaku telah melewati banyak halangan dan rintangan. Seperti, masih kurangnya tim sehingga merasa kesulitan ketika mendampingi calon pembeli saat cek lokasi. Selain itu tak jarang pula dia ditipu atau dicurangi oleh partnernya sesama mediator.

“Pernah dicurangi soal fee. Satu, dua, tiga kali tak ada kepastian, saya biarkan dan tak pernah pakai orang itu sebagai mitra lagi karena sudah terlihat seperti apa karakternya,” pungkasnya. (Ririn Kada)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *