BANTUL – Mahasiswa Universitas Wiraraja (Unija) Sumenep Madura belajar digitalisasi pembangunan desa di bawah rerimbunan pohon pring (bambu) di Pasar Kebon Empring, Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, Sabtu 28 Mei 2022. Sebagai dosen tamu, Lurah Srimulyo Drs Wajiran.
Belajar langsung pada kepala desa yang melaksanakan tata kelola desa, sistem administrasi desa, pengelolaan UMKM, dan pengembangan wisata desa berbasis digital, merupakan bagian dari program Study Excursie dari Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Unija tahun 2022.
Study Excursie yang diikuti 78 mahasiswa selama tiga hari mulai Jumat sampai Minggu (29/5/2022) di Yogyakarta, selain mendapat penjelasan dari Lurah Srimulyo (Bantul) dan Carik Sambirejo (Sleman), juga memperoleh pembekalan dari UGM dan Wiradesa Group. Mereka juga menikmati keindahan Bukit Breksi yang menjadi obyek wisata desa andalan Kalurahan Sambirejo.
Kunjungan mahasiswa Fisip Unija di Wisata Desa Pasar Kebon Empring Srimulyo dipimpin Dekan Fisip Dra Irma Irawati Puspaningrum MSi beserta Wakil Dekan (Bagian Akademik) Enza Resdiana SE MAB, Kaprodi Administrasi Publik Ida Syafriyani SSos MSi, dan Ketua Pelaksana Study Excursie Wilda Rasaili SIP MA.
Para mahasiswa ditemui Lurah Srimulyo Drs Wajiran dan pengelola Wisata Desa Pasar Kebon Empring, Isnawan. Dalam sambutannya Dekan Fisip Unija Dra Irma Irawati Puspaningrum MSi menyampaikan, kunjungan bertujuan untuk menimba ilmu sambil berwisata.
Ia melihat potensi rumpun bambu yang sebenarnya banyak dijumpai di berbagai wilayah termasuk di Sumenep Madura, ternyata di Srimulyo bisa dijadikan spot wisata menarik dan mampu menyedot kunjungan wisatawan. Bu Dekan berharap mahasiswa sebagai agen perubahan mampu menyerap inspirasi bagaimana masyarakat Srimulyo dapat berperan serta khususnya dalam membangun kawasan wisata seperti Kebon Empring lewat prakarsa komunitas kelompok sadar wisata.
“Para mahasiswa yang datang jauh-jauh semoga bisa memanfaatkan waktu kunjungan dengan baik dengan menggali ilmu belajar banyak bagaimana kiat-kiat memajukan desa khususnya lewat digitalisasi pembangunan desa,” kata Irma, Sabtu 28 Mei 2022.
Lurah Wajiran menyambut baik kedatangan mahasiswa Wiraraja di Pasar Kebon Empring salah satu dari 22 destinasi wisata yang ada di Srimulyo. Pak Lurah memulai paparannya dengan mengajak mahasiswa untuk selalu membangun kualitas sumber daya manusia (SDM) agar mampu bersaing di tingkat lokal, regional maupun global.
Bermodal semangat dan mental pemberani seperti ditunjukkan para leluhur saat melawan penjajah. Semangat leluhur para pahlawan Madura, semestinya bisa menjadi pendorong dan penyemangat untuk maju.
Wajiran mengisahkan perjalanan kiprahnya sebagai anak dusun terpencil harus mancal sepeda onthel untuk berkuliah di IKIP Yogya (kini UNY). Dengan banyak keterbatasan, ia bisa melalui masa kuliah dengan nyambi kerja sebagai kepala dusun. Warga dusun ini merampungkan kuliah dengan menorehkan prestasi lulus tercepat meski nilai pas-pasan.
“Teman-teman mahasiswa dari Universitas Wiraraja karena dari Fisip sebenarnya sudah punya modal dan ada bekal menuju kursi kepemimpinan di masa yang akan datang. Entah sebagai kepala desa, di legislatif, atau bahkan jadi pejabat di eksekutif. Selain bekal ilmu butuh strategi untuk mencapainya juga butuh keberanian. Tidak malas-malasan. Bila yakin apa yang dilakukan itu benar kita harus berani,” kata Wajiran sembari meneruskan, kiat tersebut ia lakukan dalam memimpin Srimulyo sejak pertama kali terpilih sebagai lurah pada 2013.
Ia menyampaikan, wilayah Srimulyo dengan 22 dusun dan 119 RT, 60 persen lahannya berupa gunung dialiri dua sungai, Kali Opak dan Kali Gawe. Wajiran mulai memimpin Srimulyo dengan berbagai permasalahan. Ia mulai menata desa dengan potensi dataran rendah yang hanya 40 persen dengan visi membangun desa wisata. Wisata panorama, wisata berbasis air dan wisata budaya. “Prosesnya lama, 2018 baru punya 2 destinasi wisata, meningkat pada 2020 ada 18 destinasi setahun berikutnya bertambah 19 destinasi dan sekarang mencapai 22 destinasi,” paparnya.
Dalam membangun Srimulyo khususnya membangun wisata desa, Wajiran mengaku banyak mengandalkan kekuatan gotong-royong. Selain membangun kawasan wisata desa, di Srimulyo juga dibangun kawasan industri kerajinan. Wajiran memajukan desa dengan memulainya dari dukungan tim yang solid di antaranya dengan mengambil SDM terbaik, lulusan perguruan tinggi ternama.
Staf di kalurahan dipilih SDM muda yang punya prestasi. “Cari yang lulus cumlaude. Pernah kami cari dua staf yang lamar 57 orang. Kami cari yang IP tertinggi, cari yang lulusnya cumlaude, menguasai IT,” ujar Wajiran. Pelayanan saat ini ada 12 staf kalurahan berusia muda. Mereka digaji cukup, agar nyaman bekerja dengan fasilitas ruang kerja nyaman, apa yang diminta buat mendukung kinerja seperti komputer PC dan laptop berkualitas bagus.
“Mereka minta ada kasur, kami sediakan. Dengan suasana dan kenyamanan yang ada mereka betah kerja di kantor, fokus bahkan enggan pulang karena di kantor kalurahan tempat mungkin lebih nyaman ketimbang di rumah mereka. Para pamong muda ini ujung tombak layanan administrasi berbasis digital di Srimulyo,” ucapnya.
Lewat berbagai strategi dan terobosan yang dilakukan, Wajiran menuturkan banyak prestasi telah diraih Srimulyo, dari lomba desa tingkat kabupaten, provinsi hingga tingkat nasional bahkan meraih prestasi tingkat internasional pada konferensi lomba desa se Asia Pasifik pada 2021.
Membangun Srimulyo dengan keuletan, bekerja keras agar mencapai prestasi optimal Wajiran berbagi sejumlah kiat yang telah ia lakukan. Kepada para mahasiswa ia mengungkapkan cerita bagaiamana satu persatu prestasi tersebut diraih, mulai dari reformasi birokrasi yang dilakukan dengan menonaktifkan para pamong berusia tua diganti staf pamong muda sebagai tenaga administrasi yang menguasai teknologi digital sehingga mampu memberi layanan administrasi cepat, tak berbelit, bahkan selesai dalam waktu 3 menit. Ia juga bercerita bagaimana membangun destinasi wisata desa dari masyarakat petani peternak sehingga butuh waktu dan proses panjang.
Di bidang digitalisasi pembangunan desa, Wajiran yakin bahwa di masa kini siapa yang menguasai teknologi akan memenangi kompetisi. Sehingga mau tak mau pihaknya melakukan beragam terobosan digitalisasi layanan. Kinerja digital di Srimulyo di berbagai bidang seperti bidang pemerintahan misalnya lewat aplikasi e-lastri (layanan masyarakat tanpa antre) diperuntukkan bagi masyarakat yang tak sempat mengurus berkas ke kantor kalurahan. Mereka tinggal membuka aplikasi dilayani call center. begitu berkas yang diperlukan sudah jadi tinggal diambil atau diantar. Aplikasi lain berupa layanan peringatan dini bencana banjir. Layanan aplikasi juga merambah bidang pertanahan.
“Selain berbagai strategi dan terobosan, kami berpesan kepada teman-teman mahasiswa mari membangun desa dengan adu kejujuran. Prinsipnya jangan cari uang lewat jabatan. Kalau itu dilakukan sudah pasti kena getahnya. Program tidak bakal jalan,” tegas Wajiran. (Sukron Makmun)