Garis senja menyinari sebuah panggung bertuliskan Jazz Syuhada yang berada diantara segitiga rumah ibadah. Masjid Syuhada, Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dan Gereja Katholik Santo Antonius Padua. Rumah ibadah tiga agama yang berdiri berdampingan di bumi Kotabaru, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, D.I Yogyakarta.
Jazz Syuhada ke-4 ini digelar pada hari Sabtu 29 Oktober 2022 dengan mengusung tema “Sayuk Rukun Memperkokoh Keragaman Merajut Kemanusiaan”. Festival ini digagas oleh yayasan masjid Syuhada dalam rangka merayakan hari Sumpah Pemuda, berkolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat termasuk dua gereja di sampingnya.
Acara ini dibuka bersama oleh Kepala BPIP, Prof. Yudian Wahyudi, anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Amin Abdullah, Walikota Kota Yogyakarta, perwakilan dari Kemendikbud, dan tokoh agama. Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D berharap gelaran ini dapat mewujudkan hidup selaras bebarengan dengan memperkuat kebersamaan di tengah banyaknya perbedaan.
Kemudian dalam pidato kebangsaan yang dibawakan oleh Prof. Amin Abdullah. Ia menjelaskan bahwa keragaman bukanlah sekat namun itu adalah rahmat. “Segala aspek tergambar di Jogja dari pesantren, seminari, rumah sakit Islam, rumah sakit Kristen, ada juga Universitas Islam, Universitas Kristen, semua ada di Jogja, festival ini dikembangkan dalam produk-produk kreatif untuk membuka sekat-sekat antar agama, ras dan suku,” ujarnya. Ia merekomendasikan festival-festival seperti ini harus diikuti oleh wilayah-wilayah lain. Prof Amin juga menyapa beberapa lurah yang hadir.
Event ini juga diramaikan oleh penampilan-penampilan yang menghibur dari berbagai komunitas seni dari tari Remong, tari Pujanggan, Sanggar Seni Kujang (Jabar), tari Ayodya,tari Didong (Aceh), Syifa n Friends, Taksu, Hardy Project, Portelea, Heroic Karaoke, dan The Ad-Lib Quarted. Semakin ramai dengan stand-stand yang berjejer rapi menyajikan berbagai menu dan cemilan.
Harapannya festival yang dimotori para pemuda seperti ini dapat mereduksi dan mengeliminasi intoleransi melalui kolaborasi pertunjukan seni dalam rangka mengejawantahkan nilai-nilai dalam Pancasila pada semua tatanan kehidupan bernegara dan bermasyarakat. “Jazz Syuhada ini adalah salah satu contoh baik dalam upaya mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila melalui perhelatan seni, musik dan budaya,” jelas Prof. Amin Abdullah. (Yuniar Avicenna)