BOLEH percaya boleh tidak, nyate kambing kerap disebut sebagai salah satu ‘jamu’ untuk mendongkrak stamina. Khususnya bagi mereka yang bertensi rendah. Dengan nyate kambing tensi yang tadinya rendah diyakini bakal normal kembali.
Tetapi di balik berbagai informasi dan mitos seputar jajan sate kambing, faktanya di sekitar kita banyak bertebaran warung sate kambing. Bahkan sampai bisa dikatakan warung sate kambing tersebut melegenda lantaran perjalanan warung sate dari awal berdiri hingga kini telah mencapai usia puluhan tahun.
Di Sedayu Bantul, Sate Kambing Rewulu, kuliner lawas yang tetap eksis meski zaman berganti. Mbah Muhadi, pengelola Sate Kambing Rewulu, di Jalan Yogya Wates Km 9,2 menceritakan, ia mulai berjualan sate kambing sejak 1970-an.
“Dulu permulaan jualan sate kambing sekitar sini masih sawah. Belum banyak bangunan. Warung sate kambing waktu itu baru ada di daerah Gamping,” terang Mbah Muhadi kepada wiradesa.co, Senin 6 Mei 2024.
Di warung, Mbah Muhadi dibantu anak, keponakan. Menyiapkan sate kambing, tongseng, gulai, thengkleng, dan tongseng kepala kambing, olahan kaki kambing. Warung yang dulu hanya berdinding anyaman gedek, kini sudah gedongan. Kursi-kursi panjang, di dalam dan sebagian lagi berada di teras. “Daya tampung sekitar 50 orang. Kalau untuk kambing hari-hari seperti ini potong dua ekor kambing,” terang Mbah Muhadi.
Meracik bumbu sate, gulai, tengkleng, tongseng, masih di bawah kontrol Mbah Muhadi. Ia juga masih merajang daging sate, mamasang di tusukan dan membakarnya. Meski ada keponakan dan anggota keluarga, Mbah Muhadi masih turun tangan menyiapkan pesanan. Dengan kapasitas sebagai peracik sate sejak 1970-an, sepertinya sentuhan tangan Mbah Muhadi dalam urusan takaran bumbu, komposisi dan rasa yang pas menjadi jaminan mutu.
“Ya karena sudah terbiasa meracik bumbu. Bumbunya ya biasa bumbu dapur, rempah. Karena masak itu kan tanganan. Soal takaran untuk mendapat rasa yang pas, seperti sudah otomatis. Semua karena kebiasaan masak daging kambing yang sudah dijalani selama puluhan tahun,” imbuhnya.
Jajan sate kambing di Warung Sate Kambing Rewulu menikmati racikan bumbu plus bakaran daging kambing, bukan sekali dua kali ini. Bakaran sate yang pas, porsi sate yang cukup, soal rasa terbilang cocok di lidah. Harga seporsi sate dan seporsi tongseng kambing ditambah nasi ambil bebas sekenyangnya serta dua gelas teh panas, hanya perlu merogoh kocek Rp 80 ribu. Kesannya, sate kambing juga tongseng kambing racikan Mbah Muhadi selain mak nyus di lidah juga ‘ramah’ di kantong alias tidak mahal-mahal amat.
“Sepertinya juga cocok buat memulihkan kondisi badan yang baru sembuh dari batuk pilek. Habis makan langsung berkeringat. Bumbu rempah dan mericanya kuat,” kata Nur Rokhmi, dari Sentolo yang siang itu sengaja menyempatkan jajan sate kambing Rewulu. (Sukron)