YOGYAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy terkesan dengan pelayanan dan kualitas inovasi kegiatan skrining TBC secara aktif menggunakan mobil Rontgen yang diinisiasi oleh Zero TB Yogyakarta saat meninjau kegiatan tersebut pada Jumat 3 September 2021.
Muhadjir meninjau skrining yang pada saat itu diadakan di Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) RW 17 Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta. Kegiatan skrining menggunakan mobil Rontgen merupakan upaya untuk menemukan pasien TBC secara aktif (jemput bola). Dengan skrining ini diharapkan dapat menemukan missing cases, yaitu orang-orang yang sakit TBC tetapi selama ini belum belum periksa atau belum berobat ke fasilitas kesehatan. Pada 2020, diperkirakan terdapat 9.074 kasus TBC di Daerah Istimewa Yogyakarta, namun baru 2.812 kasus diantaranya yang berhasil dideteksi. Penemuan kasus ini baru 31% dari target 71% yang dicanangkan. Karenanya, penemuan kasus secara aktif menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
Mobil Rontgen berkeliling ke lokasi pemukiman masyarakat sehingga mendekatkan pelayanan ke masyarakat. Masyarakat diundang untuk memeriksakan diri secara gratis. Pada kegiatan ini dilakukan skrining gejala dan pemeriksaan Rontgen dada di tempat. Hasil Rontgen akan jadi dalam waktu kurang dari 5 menit. Mereka yang diduga TBC berdasarkan gejala batuk lama atau adanya kelainan pada foto Rontgen dada, akan diambil dahaknya untuk diperiksa menggunakan tes cepat molekuler (TCM).Dari skrining yang sudah dilakukan di 13 puskesmas di Kota Yogyakarta dan Kulonprogo secara bergilir, sejak April 2021, tim Zero TB Yogyakarta telah menemukan tambahan 66 kasus baru TBC. Pada kunjungannya Muhadjir menyempatkan diri untuk periksa Rontgen dada di mobil Rontgen dan mendapat penjelasan secara langsung dari dokter terkait hasil Rontgen dadanya. “Ini suatu inovasi yang patut diapresasi,” jelas Muhadjir. Ia akan mengkaji lebih lanjut inovasi yang dilakukan oleh Zero TB Yogyakarta. Tidak menutup kemungkinan, inovasi tersebut dapat diterapkan di wilayah lain, tentunya dengan upaya menekan biaya-biaya yang tidak diperlukan.
Kegiatan skrining menggunakan mobil Rontgen ini adalah salah satu kegiatan inovatif yang dilakukan oleh Zero TB Yogyakarta, yang merupakan kolaborasi antara Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Pemerintah Provinsi DIY, Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dan Burnet Institute Melbourne Australia. Dalam rangka membantu percepatan penanggulangan TBC, Zero TB Yogyakarta melakukan kegiatan-kegiatan dengan menggunakan pendekatan “temukan, obati, dan cegah”.
Direktur Zero TB Yogyakarta, dr. Rina Triasih menyampaikan, untuk mewujudkan eliminasi TBC, perlu dilakukan upaya yang komprehensif. “Pasiennya ditemukan lalu diobati sampai sembuh, sedangkan yang tidak sakit dicegah, antara lain dengan pemberian terapi pencegahan TBC (TPT)” papar Rina. Upaya tersebut harus dilakukan secara komprehensif, inovatif dan masif. Karenanya, Zero TB Yogyakarta juga menggiatkan pemberian TPT pada kontak serumah dengan pasien TBC. Inisiasi TPT diawali dengan kegiatan investigasi kontak, yaitu melacak penderita TBC dan menginvestigasi kontak serumahnya. Bersama puskesmas setempat, Zero TB Yogyakarta telah mendatangi 207 penderita TBC. Dari jumlah tersebut, sebanyak 643 kontak serumah berhasil diinvestigasi dan ditemukan sebanyak 150 kasus TBC laten serta 2 kasus TBC. Ini merupakan capaian selama tiga bulan di 2021.
Rina menjelaskan, kegiatan Zero TB Yogyakarta ini dimulai awal 2020 secara bertahap. “Pada tahun pertama kami hanya melakukan di 2 kecamatan, yang dilakukan sebagai piloting untuk mencari model penerapan kegiatan yang feasible dan cost-effective. Pada tahun kedua ini kegiatan diperluas ke seluruh kecamatan di 2 kabupaten/kota, yaitu di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulonprogo, yang difokuskan pada masyarakat berisiko tinggi. Tujuan jangka panjang Zero TB adalah mengembangkan kegiatan ini ke provinsi lain untuk bisa membantu mewujudkan Indonesia bebas TBC pada 2030”. Namun cita-cita tersebut harus dibarengi dukungan dana yang memadai. “Dana yang ada saat ini baru cukup untuk kegiatan hingga 2022,” ungkap dr. Rina.
Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, yang turut hadir menyambut Menko PMK menyatakan dukungannya. “Skrining ini penting, karena ada fenomena gunung es,” jelas Heroe. Jadi, jumlah kasus yang terkonfirmasi saat ini bukan representasi dari jumlah kasus sesungguhnya. Karenanya, penemuan kasus secara aktif, pengobatan dan pencegahan TBC harus dijalankan secara masif. Ia berharap sinergi yang dilakukan bersama Zero TB Yogyakarta dapat berkontribusi dalam mewujudkan eliminasi TBC di 2030. (Sukron)