Nikmati Mangut Lele Padepokan Kilen Lepen, Lanjut Gowes Jelajah Desa Tepi Kali Progo

Rumah limasan, bangunan utama di bagian belakang Kafe dan Resto Padepokan Kilen Lepen. (Foto: Wiradesa)

MEMBANGUN kawasan joglo, rumah tinggal limasan, tak semudah bangun rumah model baru dengan material batu bata atau batako. Agar tampak etnik dan artistik, rumah joglo dan limasan acapkali butuh kayu lawasan.

“Rumah utama limasan beli kayu lawasan. Rumah limasan seluas 137 meter butuh dua unit rumah. Dibeli dari Wonosari Gunungkidul,” ucap Edi Cahyono, pemilik Kawasan Joglo Padepokan Kilen Lepen, Rabu 18 Januari 2023.

Mendukung rumah limasan, di muka dibangun joglo seluas 7,2 x 8,2 meter. Sebelah rumah limasan dibangun musala dinding kayu seluas 15 meter persegi. Bangunan paling depan di halaman sisi kanan joglo didirikan kafe dan resto dengan luasan 6×9 meter. Kafe dan Resto dibikin dengan arsitektur kekinian dilengkapi ruang semi terbuka di lantai atas buat menikmati panorama Kali Progo di sebelah timur.

“Tak semua kayu lawasan pada rumah limasan dapat dipasang kembali. Ada beberapa bagian kayu yang mesti diganti. Tapi untuk gebyok depan masih utuh pakai kayu lawasan,” kata Edi sembari menikmati rokok kretek dan secangkir kopi.

Baca Juga:  Melongok Dapur Nasi Penggel di Kebumen

Dikatakan Edi, berbeda dengan rumah limasan, joglo dibangun dengan kayu jati hasil tebangan baru. Kayu jati ia boyong dari kebun milik sendiri di Majenang, Cilacap. Joglo tumpangsari 7 pembuatannya dipasrahkan kepada spesialis pembuat joglo asal Bantul. “Jati buat joglo, tebang di kebun sendiri di Majenang. Buat mengangkut ke sini biayanya mahal. Biaya tebang dan angkut sekitar Rp 20 jutaan,” imbuh Edi.

Mangut lele dan nila sajian kuliner Kafe dan Resto Kilen Lepen. (Foto: Wiradesa)

Di kawasan joglo dan rumah limasan milik Edi disimpan banyak barang koleksi pribadi. Lukisan, pernak-pernik hingga perabot dan furnitur lawasan. “Lukisan pelukis Abas Alibasya, ada lukisan dari Lumajang. Kursi furnitur beberapa lawasan alias sudah tua, lebih dari 20 tahun,” ucap Edi sembari menyebut membangun kawasan joglo butuh upah tenaga kerja tak kecil. Termasuk uruk rumah limasan butuh tanah uruk sekitar 30 dump truk.

Di rumah limasan dan joglo yang tenang, diantara hijau kebun jati dan aneka pepohonan vegetasi pinggir kali, para tamu kini bisa memesan kuliner. Mendoan, pisang goreng hingga sedapnya mangut lele dan ayam goreng kampung. Bagi penggemar gowes, disediakan 10 unit sepeda MTB yang setiap saat bisa disewa untuk treking.

Baca Juga:  Memetakan Potensi Desa, Merencanakan MasterPlan, dan Membuat Desain Gambar Potensi Wisata Desa
Sepuluh unit sepeda MTB siap mendukung rencana wisata desa bersepeda di perkampungan sekitar Kali Progo. (Foto: Wiradesa)

“Sepeda MTB buat persiapan wisata desa bersepeda. Pakai MTB karena kontur medan desa di sebelah selatan naik turun. Pengelolaan sepeda wisata nantinya oleh pemuda karangtaruna. Sepeda tersebut bantuan PT Pupuk Indonesia (Persero),” pungkasnya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *