Anak-anak muda desa di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sebagai peserta Sekolah Jurnalisme Desa, bersemangat meneriakkan ungkapan “Nandur opo sing dipangan, mangan opo sing ditandur”. Tekad menanam apa yang dimakan dan makan apa yang ditanam ini merupakan slogan mandiri pangan.
Salah satu narasumber SJD, Tri Madi Wiyono, menjelaskan Studio Tani Kalisuci yang didirikan pada tahun 2018 di Tambakrejo, Semanu akan terus mengumandangkan slogan mandiri pangan. Studio Tani merupakan pemodelan pertanian terpadu yang di dalamnya terdapat berbagai macam tanaman yang dipadukan dengan peternakan dan perikanan. Usaha pertanian terpadu tersebut untuk mewujudkan kemandirian pangan bagi masyarakat Indonesia.
Saat Wiradesa.co melihat langsung kawasan sekitar 1.600 m2 tersebut, terdapat berbagai tanaman sayur atau hortikultura yang dibudidayakan dengan sistem hidroponik dan aquaponik. Kemudian ada kandang ternak kambing, kolam lele yang di atasnya ada tanaman sayur sawi, tempat pembuatan pupuk organik, dan sawah dengan sistem cetak sawah cerdas air.
“Cetak sawah cerdas air itu merupakan hasil inovasi kami dan bisa diterapkan di daerah kering atau tandus, seperti di Gunungkidul,” ujar Tri Madi Wiyono, di hadapan 30 peserta SJD #3 Gunungkidul di Joglo Studio Tani Kalisuci, Sabtu 27 Mei 2023.
Pada area cetak sawah, selain terdapat tanaman padi juga ada ikan nila. Untuk mengairi lahan cetak sawah, caranya dengan memanfaatkan sisa air wudhu dari mushola yang ada di kawasan Studio Tani Kalisuci. Air tidak cepat hilang atau meresap, karena di bawah area sawah dilapisi plastik UV dan tahan hingga puluhan tahun.
Dalam memberikan motivasi kepada para pemuda-pemudi desa di Kabupaten Gunungkidul, Tri Madi Wiyono berkali-kali mengucapkan dan memperagakan slogan mandiri pangan “Nandur opo sing dipangan, mangan opo sing ditandur”. Menanam apa yang dimakan dan memakan apa yang ditanam.
Apa yang ditanam? Oyot, batang, daun, bunga, dan woh. Akar, seperti umbi-umbian, Batang, misalnya singkong. Daun seperti lidah buaya, biji buah seperti belimbing, mangga, dan buah-buahan. Sedangkan apa yang dipelihara? Iwak, iwen, dan rojo koyo. Iwak itu misalnya ikan nila, lele, dan patin, kemudian iwen berbagai jenis unggas, seperti ayam, bebek, dan rojo koyo itu hewan ternak seperti kambing, sapi, dan lainnya.
Pendiri Studio Tani Kalisuci mengingatkan kepada generasi muda untuk jangan omong saja (JOS). Tapi harus menjadi orang GILA (gagasan ide langsung aksi). Menurut Tri Madi Wiyono, orang bodoh itu kalah dengan orang pinter, orang pinter kalah dengan orang cerdas, orang cerdas kalah dengan orang bejo, orang bejo kalah dengan orang nekad, dan orang nekad kalah dengan orang GILA (gagasan ide langsung aksi).
Mengapa Studio Tani didirikan? Karena petani sebagai pejuang pangan mendapat beberapa tekanan, antara lain tekanan social (strata), tekanan alam (rusak), tekanan ekonomi (jual beli), tekanan budaya (anak cucu), tekanan global (pasar bebas), tekanan kebijakan (tidak memperhitungkan petani), dan tekanan Pendidikan (lulusan).
Studio Tani Kalisuci memberikan solusi, dengan cara mengelola lahan kosong dengan baik dan benar. Kemudian membatasi alih fungsi lahan produktif. Mengatasi tekanan dengan meningkatkan SDM pertanian. Mewujudkan upaya pertanian terpadu di setiap wilayah entah itu dusun, desa, kecamatan atau bahkan kabupaten.
Pemodelan pertanian terpadu memiliki beberapa fungsi, sebagai media komunikasi, media informasi, kebun bibit, pusat kesehatan pertanian, lumbung pangan, tempat pembelajaran, dan tempat wisata. Apa yang dihasilkan Studio Tani Kalisuci, meliputi hasil harian pagi, hasil harian siang, hasil harian malam, hasil mingguan, hasil satu bulanan, hasil dua bulanan, hasil tiga bulanan, hasil empat bulanan, hasil enam bulanan (kambing), dan hasil tahunan (sapi).
Hasil-hasil tersebut merupakan wujud dari mandiri pangan. Apa modal untuk mewujudkan itu semua? Tiga modal utama, pertama modal diri (aji, ajer, acer, ajar, dan ajur). Kedua modal awal (perubahan sikap, paham, terampil, manajemen, dan sarana) dan ketiga, modal dasar (SDM, SDA, sosial, fisik, dan finansial).
Prinsipnya, niat, bekerja, jujur, ikhlas. Dilandasi dengan iman, impian, ikhtiar, ibadah, ikhlas, dan ijabah. Jangan lupa sembilan kolom rencana kerja tindak lanjut, yakni siapkan dan rancang kegiatan, lokasi, waktu, yang terlibat, sarana, dana, sumber dana, penanggungjawab, dan output.
Rumusan Kehidupan
Jika disimpulkan, jenjang kehidupan seseorang itu ada beberapa tingkatan. Rumusannya untuk tingkat S1 itu “Ora ono jongko kang kejangkah tanpo jumangkah”. Kemudian S2 adalah “Aku sopo, karo sopo, neng di, kudu piye atau mampu menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat untuk mengotpimalkan perannya.
Sedangkan untuk tingkatan S3 pada posisi kenal diri, tahu diri, mawas diri, harga diri, jati diri atau mampu melihat, mendengar, menggerakkan, menangkap dan menyelesaikan potensi dan masalah yang ada di masyarakat. Terakhir tingkat Profesor seseorang yang GILA (gagasan ide langsung aksi).
Jika seseorang telah mampu mewujudkan seluruh rumusan tersebut, maka ia telah dapat melampaui tahapan belajar, mengajar, berbagi, membagi, dan memiliki ide-ide yang baru. Sebab ia telah mampu menerjemahkan kalimat “ada saatnya berpikir, ada saatnya bicara, ada saatnya bertindak”. Tujuh hari merenung, tujuh minggu bermimpi, tujuh bulan mewujudkan, tujuh tahun menikmati. Kapan? (*)