Srigading Berpotensi Jadi Pusat Pengembangan Ekonomi di Bantul

Pengembangan Mangrove di Srigading (Foto: Wiradesa)

BANTUL – Wilayah Kalurahan Srigading memiliki potensi alam yang luar biasa. Potensi laut, hutan mangrove, lahan pasir, dan area pertanian yang luas jika dikelola dengan baik dan didukung dengan pendanaan dan sumberdaya yang handal, maka Srigading bisa menjadi pusat pengembangan ekonomi di Kabupaten Bantul.

Srigading merupakan salah satu dari 34 desa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang berbatasan dengan laut. Sedikitnya ada tiga padukuhan di Srigading yang memiliki garis pantai, yakni Padukuhan Segosanden, Tegalrejo, dan Ngepet. Di sepanjang pantai ini sudah ada kegiatan pengembangan mangrove, konservasi penyu, garam rakyat, pemanfaatan lahan pasir, dan tempat pendaratan ikan.

Meski potensi baharinya sangat besar, tetapi menurut Lurah Srigading Ir R Prabawa Suganda, sampai akhir September 2021 Kalurahan Srigading belum dikukuhkan sebagai Desa Maritim, sehingga belum mendapatkan dana keistimewaan (danais). “Kami akan berusaha mendapatkan dana keistimewaan, agar potensi bahari di wilayah Kalurahan Srigading bisa dikembangkan,” ujar Prabawa Suganda, saat ditemui Wiradesa di kantornya Balai Desa Srigading, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul, Kamis 23 September 2021.

Baca Juga:  Uji Coba Terbatas, Dinpar Sleman Verifikasi 100 Destinasi dan Unit Usaha Pariwisata

Berdasarkan informasi, Pemprov DIY melalui Lembaga Paniradya Keistimewaan tahun 2020 telah mengalokasikan dana sekitar Rp 50,7 miliar untuk pengembangan Desa Maritim yang ada di sepanjang 103 kilometer garis pantai wilayah DIY. Ini merupakan program Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Danais. Setiap desa yang berbatasan dengan laut memiliki peluang mendapatkan bantuan danais yang besarnya antara Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar.

Selama ini potensi bahari di Kalurahan Srigading baru dikelola oleh masyarakat secara tradisional. Masyarakat secara mandiri menanam tanaman mangrove atau bakau di sekitar pantai. Tanaman bakau yang bisa dikembangkan menjadi tujuan wisata ini berada di sepanjang Tegalrejo – Sogesanden. Kemudian juga ada yang melakukan penangkaran penyu, membuat garam, menanam bawang merah (brambang) dan cabai di lahan pasir, serta menangkap ikan dengan alat dan kemampuan seadanya.

Tanaman Cabai di lahan pasir (Foto: Wiradesa)

Salah satu warga Srigading Rujito atau dikenal dengan sebutan Mbah Jito telah lama melaksanakan konservasi penyu. Dengan sukarela, swadaya, dan mandiri, Mbah Jito melakukan penangkaran penyu dan mengajak masyarakat untuk melepaskan tukik, anak penyu, ke laut. “Saya melakukan konservasi ini, agar penyu tidak punah,” tegas Mbah Jito.

Baca Juga:  Salak Gading Ayu Gabugan, Buah Kesukaan Keluarga Raja

Sudah bertahun-tahun penduduk Srigading, sebagian besar hidup dengan bercocok tanam atau berprofesi sebagai petani. Sebanyak 80 persen lebih penduduknya bertani. Mereka mengandalkan pendapatan dari menanam padi, bawang merah, dan cabai merah. Area persawahan yang luasnya ratusan hektar, setiap musim ditanami padi sekali dan bawang merah atau cabai merah dua kali.

Kalurahan Srigading memiliki luas wilayah 814,42 hektar (ha) dengan jumlah penduduk 9.524 orang (3.510 kepala keluarga). Posisi wilayahnya cukup strategis, karena terlewati jalan besar dari Kota Bantul ke selatan menuju Pantai Samas. Dulu jalan ini menjadi jalur wisata pantai yang sangat ramai. Sehingga akses menuju wilayah pengembangan ekonomi bahari di Srigading cukup mudah.

Tanaman Bawang Merah (Brambang) di wilayah Kalurahan Srigading (Foto: Wiradesa)

Untuk biaya pembangunan, aparat Desa Srigading mengandalkan dari Dana Desa (DD), Alokasi Dana Desa (ADD), Pendapatan Asli Desa (PAD), serta Bagi Hasil Pajak dan Retribusi. Pada tahun 2020, Srigading mendapat DD sebanyak Rp 1,227 miliar, ADD Rp 1,39 miliar, PAD Rp 367 juta, dan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Rp 264 juta.

Baca Juga:  Cerita Sejarah Desa Kuwayuhan

Sebagian besar dana yang didapatkan dianggarkan untuk pembiayaan perbaikan saluran irigasi. Karena jika sarana irigasinya bagus, airnya lancar, maka hasil pertaniannya akan maksimal. Selain itu juga untuk renovasi lapangan olahraga agar nanti tidak hanya dipakai untuk sepakbola saja, tetapi juga dimanfaatkan untuk kegiatan rekreasi dan ekonomi.

Untuk mengelola anggaran dan potensi alam, diperlukan sumber daya manusia yang unggul. Sejak dilantik menjadi Lurah Srigading pada Januari 2020, Prabawa Suganda langsung membenahi administrasi dan merangkul semua warga, khususnya para tokoh, untuk membangun Srigading. Selain menyiapkan sumberdaya manusia, Pak Lurah juga berusaha agar semua padukuhan yang berjumlah 20 di Srigading terjangkau internet, tidak ada blank spot di wilayah Srigading. Semoga Srigading menjadi pusat pengembangan ekonomi di Kabupaten Bantul. (Ono)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *