Tiga Level Pedas Mie Jandes

Loka Marsudi menyajikan mie Jandes. (Foto: Wiradesa)

KULONPROGO – Buka usaha kuliner di lokasi yang agak masuk dari jalan besar bisa menjadi pilihan. Pasalnya urusan pemasaran kini banyak dipermudah lewat online. Begitu pun layanan pesan antar via ojek online, bisa menembus sekat-sekat jarak dan bahkan lokasi yang ngumpet sekalipun.

Buka warung mie dengan lokasi agak masuk ke dalam perkampungan dijalani Loka Marsudi. Tepatnya ia membuka kedai Mie Jandes di teras rumahnya di Gembongan RT 29 RW 15 Sukoreno Sentolo.

“Bukanya tahun kemarin. Jandes artinya Januari Desember. Harapannya dagangan selalu laris mulai Januari sampai Desember. Rezekinya mbanyu mili. Tapi Jandes juga bisa diartikan jaminan pedas. Sesuai cita rasa mienya,” terang Loka Marsudi ditemui Senin 23 Oktober 2023.

Sajian mie menurut Loka terbuat dari bahan mie basah yang dimasak tanpa kuah menyerupai mie goreng. Dibumbui spesial dengan ciri khas gurih dan kuat dengan rasa pedas juga aneka toping. Penyajian pakai piring dan sumpit. “Toping bisa pilih pangsit goreng, sosis, atau telur,” imbuhnya.

Baca Juga:  Aris Widodo, Tergoda Bertani Setelah Menyimak Konten Pertanian di Medsos

Soal level pedas ada tiga. Yang pertama menu dasar tidak pedas. Kedua pedas medium, yang ketiga huhah alias super pedas. Target pasar mie buatan Loka yakni anak muda.

“Bisnis kuliner mie karena menu dan rasa ini mudah diterima. Begitu olahan mie secara rasa sudah bisa diterima banyak orang habis itu langsung branding habis lewat IG, Tiktok, Facebook,” ungkapnya.

Daya beli masyarakat di sekitar kedai, menurut Loka terbilang kurang. Tetapi efek dari promo online tetap membuat produk mie bikinannya telah dikenal lebih luas. Karena itu, tatkala ia ikut buka lapak di event di Kota Wates, dagangannya termasuk laku keras. “Bahan baku mie saat jualan di event FKY belum lama ini sehari bisa habis 5-8 kilogram. Artinya promo online telah berhasil mengangkat brand mie Jandes,” ucapnya.

Berwirausaha bagi sosok yang sehari-hari bekerja di BMT dan aktif di kepengurusan Pokdarwis Sukoreno diakui sebagai salah satu langkah menatap masa depan. Dalam berdagang ia fokus jualan di kedai rumah. Baru keluar kala ada event seperti pameran. Ia berbagi tugas. Urusan pemasaran ditangani sendiri sementara melayani pelanggan, masak mie dilakoni sang istri di rumah.

Baca Juga:  Kala Ramai, 1000 Tahu Krispi Ludes dalam Semalam

Selain lewat layanan pesan antar via jasa ojol, bagi pelanggan yang mau makan ditempat sudah disiapkan di halaman dan teras rumah. Berhias lampu dan akar seribu halaman rumah bisa sekaligus menjadi tempat meeting dan ngopi karena dilengkapi wifi.

“Kadang buat ngumpul teman, ngopi, diskusi berbagai topik. Tapi namanya jualan di rumah dengan lokasi jauh dari pusat keramaian tentu tak seperti di kota. Pas sepi kadang ya sepi. Itu risikonya,” pungkasnya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *