Warga Ponjong Buat Miniatur Kapal Pesiar dari Bambu Laku Belasan Juta Rupiah

GUNUNGKIDUL – Kreativitas pemuda asal Ponjong Gunungkidul ini layak diacungi jempol. Dengan tangan dinginnya, dia mampu membuat miniatur kapal pesiar berbahan baku bambu yang ada di sekitar pekarangan rumah. Harga jualnya per buah mencapai belasan juta rupiah.

Miniatur kapal pesiar biasanya terbuat dari bahan fiber maupun kayu. Tapi Pradana Famila Sholikhin (28) pemuda Padukuhan Tanggulangin, Kalurahan Genjahan, Kapanewon Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membuatnya dengan bambu Jawa.

Pradana memanfaatkan bambu yang terbengkalai di sekitar pekarangan rumahnya menjadi bahan kerajinan bernilai jutaan rupiah. Hasil karyanya per buah antara Rp2,5 juta sampai Rp16 juta.

Pradana memulai belajar pembuatan miniatur kapal pada tahun 2016. Ia belajar secara otodidak, tidak melulu mendapatkan hasil yang dia inginkan, acapkali kegagalan yang didapat.

“Saya mencoba sampai ratusan kali tetapi gagal, hasilnya kurang maksimal. Tapi saya tetap berusaha belajar dan akhirnya bisa membuat dengan hasil yang lebih baik lagi,” ucap Pradana, Selasa (28/01/21).

Pemuda yang sebelumnya bekerja sebagai tenaga harian lepas tersebut, berkat keterampilannya ia mampu menciptakan peluang usaha dan memanfaatkan barang di sekitar rumahnya menjadi karya seni yang begitu tinggi nilai jualnya.

Baca Juga:  Hujan Deras Disertai Angin Kencang, Ratusan Rumah di Gunungkidul Rusak Sedang Hingga Berat

“Untuk harganya sendiri bervariasi, saya bandrol dari Rp2,5 juta sampai Rp12 juta hingga Rp16 juta, tergantung ukuran dan tingkat kerumitannya,” ujarnya.

Hasil karya Pradana
(Foto: Andika Fau/Wiradesa)

Berbagai macam jenis kapal yang ia buat di antaranya, Symphony of The Seas, Freedom of The Seas, Oasis of The Seas, Nieuw Statendam, Nieuw Amsterdam, Koningsdam, Zandaam, Masdaam, Costa Smeralda, Karnival Liberty, dan Royal princess.

Untuk pemasarannya sendiri Pradana memanfaatkan sosial media seperti Instagram dengan akun pencarian @griya_karya_miniatur dan juga dibantu sahabatnya yang bekerja di kapal pesiar.

“Pembelinya kebanyakan luar Jawa, tapi beberapa juga ada yang dari Jogja, Magelang, Jawa Timur, Jakarta, dan saat ini saya juga sedang ada pemesanan dari mancanegara,” imbuhnya.

Dikatakannya, semenjak ada pandemi korona seperti saat ini, awal mula begitu berdampak dari segi ekonomi dan mengalami penurunan pemesanan. Berkat kegigihannya menciptakan inovasi baru serta didorong rasa yakin yang kuat, keadaan tersebut saat ini sudah mulai berangsur stabil.

Jika masyarakat kreatif, ternyata bambu bisa dibuat kerajinan bernilai ekonomi tinggi. (Andika Fau)

Baca Juga:  Rasim, 20 Tahun Geluti Usaha Mireng Khas Jatilawang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *