KULONPROGO – Menyiram tanaman timun berumur 20 hari jadi rutinitas Aris Widodo. Di lahan seluas 200 meter tak jauh dari rumah, dia menanam 600 bibit timun.
“Persiapan lahan cuma dicangkul. Tanpa pemupukan dasar. Modal nekat sebenarnya karena pas nanam kondisi tanah benar-benar kering,” ucap Aris Widodo, Sabtu 25 September 2021.
Menurut warga RT 17 Padukuhan Karangwetan Salamrejo, Sentolo itu, dia memilih sayuran timun lantaran memiliki jangka waktu panen relatif pendek. Hanya butuh 40-45 hari usia tanaman sudah bisa dipanen.
Menanam timun tak butuh modal gede. Karena bermodal kecil kebun timun tanpa dilengkapi plastik mulsa untuk mencegah rumput. “Pemupukan pakai sistem kocor. Komposisi pupuk kotoran sapi ditambah NPK 16. Antara tiga hari sekali sampai 7 hari sekali, tergantung sempatnya,” ujar Aris yang sehari-hari berdagang telur dan beternak sapi.
Di tengah kesibukannya berdagang dan beternak Aris termotivasi untuk menanam setelah sering menonton konten di media sosial (medsos) seperti YouTube dan Facebook yang berisi pertanian sayur-mayur. “Dari persiapan lahan, penanaman, penyiraman sampai tumbuh dilakukan sendiri. Termasuk membikin lanjaran dobel pakai bambu,” terangnya.
Di kebun lain Aris juga bertani terong. Dibandingkan timun, terong lebih dahulu ditanam dan seminggu ini memasuki masa panen. “Hasil panen terong belum maksimal. Ada tanaman yang kosong tak menghasilkan. Tetapi bila dua hari sekali bisa panen. Tiap panen sekitar 20 kg dapatnya. Dijual ke padagang sayuran di Pasar Sentolo laku Rp 3 ribu perkilo,” pungkasnya. (Sukron)