KEBUMEN – Kesibukan mengurus rumah tangga tak mengurangi semangat Diyantini berkarya. Wanita berusia 44 tahun itu pun menceritakan pengalaman hidupnya. “Dulu saya hanya lulus SD. Setelah itu, kerja seadanya seperti di gendengan ataupun kerja di toko. Fokusnya yang penting bisa membantu keluarga,” kata Diyantini kepada wiradesa.co, Sabtu, 12 Juni 2021.
Sosok yang akrab disapa Yatin, warga Dukuh Karanggede, RT 03 RW 01, Desa Tambakagung, Klirong, Kebumen sejak kecil memang sudah terbiasa berjuang menjalani kehidupan sehari-hari. “Dalam menjalani hidup dari kecil memang sudah dilatih mandiri,” terangnya sambil melanjutkan jahitan.
Menjahit sudah ditekuni sejak 2006 silam. Sebelumnya, dia ikut kursus di Lembaga Kursus Jahit Srikandi di Jalan Pemuda Kebumen. Kursusnya terbilang tidak lama, kurang lebih hanya empat bulan. Setelah itu, tinggal praktik langsung.
Keterampilan menjahit menurutnya, butuh ketelatenan dan ketekunan. Dari mulai memotong kain kemudian menggambar pola. Dituturkan Yatin, semua itu harus dilakukan perlahan dan hati-hati. Jangan sampai terburu-buru agar hasil jahitan memuaskan. “Tak hanya itu, saat menjahit usahakan mood-nya bagus sehingga maksimal hasil jahitannya,” sambungnya.
Meski tergolong masih baru tetapi pelanggannya sudah cukup banyak. Dari luar desa juga ada yang berlangganan seperti dari Jatimalang. Seragam identitas sekolah SD juga menjadi langganan jahitan di tempat Yatin. Untuk menjahit seragam biasanya ia dibantu oleh satu orang teman. Sebenarnya dalam sehari bisa menyelesaikan satu jahitan. Akan tetapi, kembali lagi semua disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Hasil jahitan Yatin memang terkenal rapi dan kuat. Model disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Apabila masih kurang sesuai, dia siap untuk membetulkan. Setiap hari, keuntungan hasil menjahit tidak disimpan sendiri. Justru, hasilnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Usaha menjahit, jelasnya, memang termasuk usaha rumahan. Namun, termasuk jenis usaha yang menjanjikan pasalnya modal yang dibutuhkan tak terlalu besar. “Kalau saya biasanya satu baju ongkos jahitan Rp 45 ribu untuk baju hem. Tapi tetap disesuaikan dengan tingkat kerumitan,” ungkap Yatin. Sisa bahan bisa digunakan untuk bahan menjahit kembali.
Promosi usaha terbilang simpel apalagi di desa. Jika ada orang yang sudah cocok dan pas jahitannya pasti akan mengenalkan getok tular kepada yang lainnya. (Nur Anggraeni)