Islamic Study Center Lintang Songo Padukan Sekolah, Ngaji, dan Keterampilan

BANTUL – Pondok Pesantren (Ponpes) Islamic Study Center (ISC) Aswaja Lintang Songo memiliki kurikulum pengajaran yang khas. Pesantren ini tidak memiliki sekolah formal, tetapi mampu mendidik santrinya menjadi berkualitas, mandiri, dan bermanfaat.

“Kami memadukan sekolah, ngaji, dan keterampilan,” ujar KH Heri Kuswanto, pimpinan Ponpes ISC Aswaja Lintang Songo, saat menerima kunjungan Tim Wiradesa di Lintang Songo Garden Pagergunung, Sitimulyo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (24/1/2021).

Dengan model pengajaran yang menekankan keteladanan dan doa ini, Lintang Songo ingin santrinya mampu memahami Islam secara kafah, memiliki keterampilan, dan peduli terhadap lingkungan sosial.

Kunjungan Tim Wiradesa di Lintang Songo Garden Pagergunung, Sitimulyo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (24/1/2021). (Foto: Amelia)

Kyai Heri Kuswanto bin KH Muhammad Zaidan menceritakan bahwa Pesantren Lintang Songo yang berdiri sejak Mei 2006, awalnya hanya memiliki santri sebanyak 9 orang, yang tidak lain berasal dari warga setempat. Dari 9 orang santri tertua, yang masih bertahan hingga sekarang hanya 1 saja.

Hingga sekarang Pesantren Lintang Songo konsisten memiliki 70 orang santri. “Jika ada yang keluar, pasti ada yang datang,” ujar Kyai Heri yang juga Rektor IIQ An Nur Yogyakarta ini. Ustadz dan ustadzah, jumlahnya juga relatif tetap. Jika ada yang keluar, pasti ada yang masuk.

Baca Juga:  Membangun Ekonomi Syariah Melalui Kemandirian Pesantren

Para santri yang berjumlah 70 orang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh sampai Ambon. Tercatat asal santri dari 26 kabupaten/kota, di antaranya Aceh, Tapanuli, Medan, Padang, Palembang, Lampung, Banten, Jakarta, Bandung, Subang, Ciamis, Pemalang, Ngawi, Pacitan, Jember, Probolinggo, Kupang, dan Ambon.

Pendaftaran santri di Lintang Songo tidak terpaku kepada tahun ajaran baru seperti kebanyakan Pondok Pesantren, dikarenakan keluar masuk santri yang tidak tentu. Pesantren Lintang Songo ini juga tidak menerapkan sistem hukuman bagi santri atau santriwati yang melakukan kesalahan. “No, punishment, yang penting teladan dan doa,” tegas Kyai Heri.

Latar belakang santri dan santriwati yang berasal dari berbagai daerah itu juga memiliki tingkah laku dan sejarah hidup yang bededa-beda. Seperti dari anak jalanan, broken home bahkan berasal dari anak-anak yang memiliki sejarah kriminal. Tanpa ragu Kyai Heri menerima niat baik mereka untuk bergabung belajar bersama di Pondok Pesantren ISC Aswaja Lintang Songo.

Kebebasan yang diciptakan di Pesantren Lintang Songo ini berdampak positif bagi santri. Selain belajar agama, santri juga diajarkan untuk mandiri dengan menggunakan lahan yang telah tersedia. Seperti diajarkan bercocok tanam, beternak, membuat sabun, dan mengolah bahan makanan. Serta tidak juga melarang santri untuk bekerja di luar wilayah pondok pesantren.

Baca Juga:  Posyandu Asparagus 2 Babadan Baru Ikuti Penilaian Posyandu Berprestasi Tingkat DIY

Ada 3 pelajaran wajib yang sangat ditekankan oleh di Pesantren Lintang Songo, yakni Fikih Hukum Islam, Akhlak, dan Tauhid. Ditambah dengan pelajaran lain seperti ngaji Alquran dan kitab klasik.

Proses belajar mengajar yang diciptakan di Pondok Pesantren ISC Aswaja Lintang Songo dengan model pendelegasian. Para santri yang selesai belajar, bergilir mengajarkan santri yang kecil. Dan rasa yang tercipta di pesantren ini sudah seperti keluarga. “Para santri di sini sudah seperti keluarga. Bahkan antara santri putra dan santri putri saling belajar bersama tanpa ada pembatas di antara keduanya,” kata Candra, santri yang sudah 9 tahun di Lintang Songo.

Pesantren Lintang Songo terbuka bagi siapa saja, tanpa membedakan status, dan tidak menarik bayaran. (Foto: Amelia)

Selain belajar ilmu agama, santri juga diberi peluang untuk melanjutkan impian mereka ke sekolah umum. Tentu saja memakan biaya yang tidak sedikit. Tetapi jaringan yang dibangun oleh Pimpinan Pondok Pesantren menjadikan semuanya bisa lancar. Cukup banyak bantuan beasiswa dan donatur-donatur yang membantu para santri.

Pesantren Lintang Songo tetap akan mempertahankan ciri khasnya sebagai pesantren yang terbuka bagi siapa saja, tanpa membedakan status, dan tidak menarik bayaran. Lintang Songo ingin menghantarkan santri bisa ngaji dan bisa bekerja. Berkualitas, mandiri, dan bermanfaat. (Amelia)

Baca Juga:  DPRD Purbalingga Berikan Wawasan Fungsi dan Peran Dewan kepada Siswa SMPN 1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *