Kakek 70 Tahun Naik Sepeda Tawarkan Lincak Bambu

Mbah Mujiman, bakule lincak (Foto: Wiradesa.co)

BANTUL – Senyumnya khas. Omongannya ceplas-ceplos. Lugu. Tapi dengan keluguannya itu justru menarik. Banyak yang menyebut “Bakule lincak kondang”, karena kakek 70 tahun penjual lincak bambu ini sering diliput media.

Mujiman (70 tahun) warga Keyongan, Sabdodadi, Bantul tiap hari keliling kampung mengendarai sepeda onthel menawarkan lincak terbuat dari bambu. Biasanya membawa dua lincak, tetapi juga sampai lima lincak.

“Yen nggowo limo, simbah nggowo keseran (Kalau membawa lima, kakek memakai gerobak),” ujar Mbah Mujiman saat berbincang dengan Wiradesa di Rumah Makan Bebek Goreng “Pak Wid” Jalan Samas, Bantul, Kamis 23 September 2021.

Siang itu Mbah Mujiman duduk leyeh-leyeh di lincak yang sudah dibeli Pak Widodo, pemilik warung makan. Dia ngobrol santai mengenang 45 tahun pengalaman kerjanya mulai dagang manuk (burung) sampai menjual lincak.

Mbah Mujiman duduk santai di lincak dagangannya (Foto: Wiradesa.co)

Pernah suatu hari, Mbah Mujiman dengan sepeda menawarkan lincaknya sampai Purworejo. Jarak dari rumahnya sekitar 50 km, kalau pergi pulang 100 km mengayuh sepeda onthel. Dari rumahnya Keyongan, simbah bawa dua lincak. Setelah terjual di Purworejo, pulangnya bawa lagi tiga lincak.

Baca Juga:  Rawat Tanaman Hias, Panen Rupiah dari Kebun Halaman Sekolah

Loh..pulangnya kok malah bawa tiga lincak? “Kulo ten Purworejo kulakan lincak telu, terus diiderke karo balik (Saya di Purworejo beli lincak tiga, lalu dijual lagi sambil pulang),” kata Mbah Mujiman sambal ngekek. Dasar bakul kondang.

Simbah tampak sumringah. Meski cerita masa lalu yang kelam, tetapi Mbah Mujiman tetap tegar, tanpa raup muka sedih. Saat gempa menggoncang wilayah Bantul pada 27 Mei 2006, lima anggota keluarganya meninggal. Istri, dua anak, mbakyu, dan kakangnya meninggal terkena reruntuhan bangunan rumah akibat gempa bumi.

Meski dianggap berat bagi banyak orang, tetapi Mbah Mujiman menjalani kehidupannya dengan senang, gembira, wajah semringah, tanpa menampakkan raup muka cemberut. Dia setiap hari mengayuh sepeda onthel berpuluh-puluh kilometer sambil memboncengkan dua lincak.

Simbah tidak memiliki keinginan yang neko-neko. Mbah Mujiman hanya ingin memelihara kambing dan dagang lincak. “Kulo ming pengen ngingoni mendo, kalih dagang lincak (Saya hanya pengen memelihara kambing dan menjual lincak),” ungkap Mbah Mujiman dengan nada lirih. (Ono)

Baca Juga:  Salon dan Spa D’Khenes: Ikhtiar Endri Lestari Menghadapi Rumitnya Situasi Ekonomi di Musim Pandemi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *