Masa Pandemi Waktu Bersolek Diri: Tebing Breksi Lokomotif Penggerak Ekonomi Desa

Tebing Breksi (Dok. Wisata Tebing Breksi)

Wiradesa.co – Masa Pandemi Covid-19, Tebing Breksi bersolek diri. Selama empat bulan, sejak Tebing Breksi ditutup 24 Maret 2020, sebanyak 140 orang pengelola obyek wisata bekas penambangan batu ini tetap masuk. Mereka bekerja memperbaiki akses jalan, menambah tempat cuci tangan, memperbaiki spot foto, membangun tempat ibadah, dan sarana prasarana pariwisata lainnya.

Bagi pengelola Tebing Breksi masa pandemi adalah masa untuk bersolek diri. Waktu untuk berbenah diri. Memperbaiki kekurangan dan mengoptimalkan potensi. “Saat wisatawan sepi, ekonomi terpuruk, kami tidak larut dalam kesedihan. Kami justru siang malam bekerja untuk penataan lanskap, memperbaiki jalur wisata, membangun tempat ibadah, pendapa, dan sarana wisata lainnya,” ujar Kholiq Widianto, Ketua Pengelola Tebing Breksi, Senin (14/9/2020).

Kholiq mengungkapkan penurunan pemasukan selama pandemi Covid-19 mencapai 80 persen. Jika tahun 2019 pendapatan dari obyek wisata Tebing Breksi mencapai Rp8 miliar. Sekarang ini paling hanya sekitar Rp1,6 miliar atau turun 80 persen, tapi pengelola tidak patah arang. Mereka sudah terbiasa hidup susah dan telah bertahun-tahun akrab dengan kemiskinan.

Tempat wisata tidak sekedar menawarkan pesona dan keindahan semata, tetapi mampu berperan sebagai salah satu lokomotif penggerak ekonomi negara maupun daerah. Seperti wisata Tebing Breksi, tidak hanya menampakkan keunikan dan daya artistik, tapi berdampak terhadap sosial-ekonomi masyarakat.

Tebing Breksi ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada bulan Mei 2015. Wisata yang menarik wisatawan dengan Ukiran Naga, Wayang Arjuna dan Buto Cakil itu dikelola langsung oleh Bumdes Sambimulyo, Desa Sambirejo.

“Dari tahun 2015 pengunjung mulai semakin tinggi. Jadi, yang dulunya hanya dikelola oleh 5 orang lambat laun akhirnya pengelolaannya membutuhkan banyak orang. Akhirnya banyak pemuda-pemuda juga yang terlibat mengelolanya,” ujar Kholiq Widianto, Senin (14/9/2020).

Baca Juga:  Lima Desa Wisata di Sumatera Selatan yang Layak Dikunjungi

Melonjaknya pengunjung dari waktu ke waktu tidak hanya karena suguhan tebing dengan sayatannya yang indah, melainkan wisatawan dapat menikmati panorama Yogyakarta. Dari banyaknya pengunjung yang disertai dengan pengelolaan yang baik mengantarkan industri wisata Tebing Breksi sebagai lokomotif penggerak ekonomi masyarakat Desa Sambirejo, Sleman.

Dampak Sosial-Ekonomi

Pesatnya pembangunan industri wisata Tebing Breksi berdampak terhadap masyarakat Desa Sambirejo. Dampak tersebut wajar terjadi karena suatu pembangunan pariwisata bersentuhan langsung dan melibatkan masyarakat setempat. Dengan pengelolaan yang baik, maka akan menghasilkan dampak sosial yang baik dan dapat mendongkrak sektor pendapatan masyarakat.

Masyarakat Desa Sambirejo pada mulanya adalah masyarakat yang berprofesi sebagai pengarit. Namun, sejak lahir wisata Tebing Breksi masyarakat berubah profesi menjadi karyawan dan pedagang. Masyarakat berbondong-bondong membuka usaha di dalam area wisata Tebing Breksi maupun di sekitarnya.

Di sekitar area Breksi, ada juga pelaku ekonomi melalui home industri. Mereka menawarkan pakaian batik khas Jogja dan aneka makanan ringan seperti kripik. Selain itu, sebagian masyarakat membentuk kelompok yang menawarkan jasa penyedia wahana foto.

“Saat ini di atas ada 15 spot selfi. Di sana kita bisa mengembangkan wahana foto. Kita membuat sendiri untuk ditawarkan ke wisatawan. Menariknya di sini atau yang membedakan dengan tempat wisata lain tempat selfi ini gak dipatok tarifnya, namun hanya sukarela. Nah, dari situ per hari biasanya pendapatan kami kurang lebih 70 ribu,” ujar M Agus dari Enliven pengelola spot selfi di Tebing Breksi.

Menurutnya, masyarakat Desa Sambirejo rata-rata menikmati hasil dari pembangunan Tebing Breksi yang berlokasi tidak jauh dari Kompleks Keraton Boko dan Candi Ijo ini. Ada yang menyediakan homestay untuk wisatawan, ada juga menyediakan layanan mobil jeep. “Homestay sendiri yang disediakan warga kurang lebih 5o homestay,” jelas Agus. Sedangkan untuk jeep ada sekitar 60 unit yang beroperasi setiap harinya.

Baca Juga:  Wisata Desa: Naik Andong dari Ndalem Nampan ke Pantai Trisik

“Total yang berkegiatan di sini 450 yang secara langsung beraktivitas ekonomi di area sini. Pendapatan mereka minimal di atas UMR Sleman,” timpal Kholiq Widianto yang dulunya sebelum menjadi Ketua Pengelola Tebing Breksi adalah sopir truk pengangkut batu.

Kepala Dinas Pariwisata Sleman, Dra Sudarningsih MSi mengungkapkan sampai 26 Agustus 2020, Tebing Breksi merupakan destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi dibandingkan obyek wisata lainnya di Sleman. Untuk jumlah kunjungan Tebing Breksi menempati posisi tertinggi dengan 54.963, disusul Kaliurang 20.651, Gardu Pandang Kaliurang 6.653, Jogja Exotorium 2.167, Candi Ijo 1.761, Candi Sambisari 1.513, Museum Gunung Merapi 793, dan Monumen Jogja Kembali 462.

Menurut Sudarningsih, pada tahun 2020, sampai dengan bulan Agustus total kunjungan wisatawan di Kabupaten Sleman sebanyak 1.650.784 orang. Kunjungan didominasi wisatawan Nusantara sebesar 98,15 persen atau sebanyak 1.626.022 kunjungan. “Jumlah kunjungan ini terbanyak di Tebing Breksi,” ujar Sudarningsih.

Kenormalan Baru

Sejak merebaknya virus korona, pendapatan dari Tebing Breksi secara ekonomi terpukul. Tidak bisa dihindari, diterapkannya pembatasan sosial untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 tentu berdampak langsung terhadap pengunjung Tebing Breksi. Awalnya dalam 1 hari mencapai 20 ribu pengunjung, sejak kenormalan baru hanya sekitar 12 ribu pengunjung per hari.

“Tahun 2020 ini jauh anjlok, kurang lebih hanya 20 persen pengunjung daripada tahun sebelumnya. Sudah tutup selama 4 bulan mulai 25 Maret, kita baru uji coba tanggal 14 Juli. Namun, selama pandemi pengelola tidak libur, kita melakukan perataan lanskap, membuat musala dan pembenahan jalan untuk pengunjung, pendopo, pokoknya berhubungan dengan penataan kontur. Tidak mewah, tapi layak ke pengunjung,” kata Kholiq.

Baca Juga:  TPID DIY Raih Penghargaan Sebagai TPID Provinsi Terbaik 2020 Wilayah Jawa - Bali
Ketua Pengelola Tebing Breksi, Kholiq Widianto yang terus berupaya menjadikan Breksi sebagai obyek wisata bersih, sehat, aman, dan lingkungannya terjaga (Foto: MP/Wiradesa)

Dia pun mengatakan bahwa pendapatan yang anjlok itu jauh terbalik dengan operasionalnya yang meningkat tajam pada tahun 2020 ini. Dalam kasus yang berhubungan dengan pandemi saja, di Tebing Breksi telah dipasang sebanyak 70 wastafel baru.

“Operasional 100% lebih, wastafel tentu dengan perangkatnya berupa sabun dan tisu. Ini dilakukan sebagai upaya pengunjung Breksi aman dari virus. Sehingga pengunjung aman, pengelola aman. Harapannya di tempat wisata ini tetap menjadi lingkungan yang bersih, aman dan terlindungi,” kata Kholiq.

Menyesuaikan adaptasi kehidupan baru, pengelola Tebing Breksi mewajibkan semua pelaku wisata Tebing Breksi dan pengunjung untuk mematuhi SOP. Hal itu dilakukan sampai saat ini. Agar menarik wisatawan, selama Pandemi Covid-19, karyawan bekerja bersih-bersih area wisata, membuat wastafel dan juga menata kebun buah. Selain itu juga membangun musala, talud, dan sarana pelayanan bagi wisatawan lainnya.

Bagian Dokumentasi dan Marketing, Arosidd Murtofa menjelaskan masalah kebersihan menjadi perhatian utama pengelola. Setiap hari ada petugas kebersihan yang keliling area Tebing Breksi untuk melakukan pembersihan. Ada 50 tempat sampah dan 50 wastafel serta 11 tenaga kebersihan. “Ada beberapa petugas yang ditempatkan membawa megaphone untuk menghimbau pengunjung untuk jaga jarak dan memakai masker,” jelas Arosidd.

Bagi pengelola wisata Tebing Breksi, jumlah kunjungan wisatawan dan pemasukan uang itu penting, tetapi yang lebih penting adalah menjadi obyek wisata terus bersih, sehat, aman, dan lingkungannya terjaga. “Kami tidak ingin mati karena ulah kita sendiri, tetapi kami ingin hidup bahagia karena tindakan kita sendiri,” tegas Kholiq Widianto, Ketua Pengelola Tebing Breksi. (Ilyasi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *