KEBUMEN – Berawal dari keprihatinan yang dirasakan akan kondisi di wilayah Kebumen sebagai daerah kecil dan terpinggirkan, pada 15 Juli 2019 dibentuklah Yayasan Pusat Pembelajaran Kepemimpinan dan Kebijakan Pandjer atau biasa dinamakan Pandjer School. Wadah ini berkomitmen mendorong hak warga negara dan membangun warga secara mandiri.
Pandjer School beralamat di Jalan Gelatik, RT 01, RW 06, Kelurahan Panjer, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen. “Program utamanya yakni peningkatan kapasitas desa,” kata Agung Widhianto SIP MSc MSc, pendiri Pandjer School kepada Wiradesa.co, Minggu, 6 Juni 2021.
Dalam meningkatkan kapasitas desa, kata Agung, strateginya dengan memperkuat akuntabilitas dan tata kelola penyelenggaraan negara melalui kegiatan kapasitasi bagi para elite lokal. Bentuk kegiatannya melalui pelatihan gratis bagi para aparatur desa, BPD (Badan Permusyawaratan Desa), LKD (Lembaga Kemasyarakatan Desa), camat dan lain sebagainya.
Cakupan programnya berfokus pada peningkatan kemampuan dan wawasan tentang pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat di level desa dengan dua tingkatan. Tingkatannya yakni dasar dan lanjut. Setelah mengikuti tingkatan dasar akan diberikan sertifikat tuntas sebagai syarat untuk maju ke tingkat lanjut. “Terakhir, jika sudah selesai menempuh semuanya akan diberikan sertifikat apresiasi sebagai tanda bahwa telah menjadi alumnus Pandjer School,” imbuhnya yang juga sebagai Konsultan di World Bank.
Sampai saat ini sudah ada 30 desa di Kabupaten Kebumen yang ikut dalam Pandjer School. Dituturkan Agung, setiap kegiatan pembelajaran langsung di lokasi masing-masing desa. Prinsip utama dalam hal ini ialah suka rela dan apa adanya. Tidak didasarkan pada uang. Semua ikhlas dari hati. Salah satu bentuk pembelajarannya berupa mengajari petani ataupun yang lainnya mengenai permodalan. Kemudian cara mengembangkan hasil panennya. Harapannya petani lebih termotivasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Lebih lanjut, program peningkatan kapasitas desa diketuai bernama Drs Ach Djunaidi yang berasal dari Desa Grogolbeningsari, Kecamatan Petanahan. Saat Wiradesa.Co berdiskusi dengan beberapa pengurus Pandjer School, Djunaidi atau biasa disapa Djun menceritakan dia sering mendampingi kelompok tani dan masyarakat desa. Baginya, Pandjer School yang berbentuk yayasan sebagai arena untuk mengabdi, pembelajaran dan percontohan. Di sini semua diajarkan terkait mental seperti kesabaran, kreativitas dan kecerdasan berfikir.
Ketika sudah di lapangan, ungkap Djun, perjuangan harus benar-benar total. Pasalnya, desa-desa yang dikunjungi pasti menunggu aksi nyata secara langsung. Warga di desa sangat menanti kehadiran para aktivis pejuang yang ingin memajukan desa. “Biasanya saya mengajarkan tentang analisis kebijakan anggaran, kelembagaan desa dan peningkatan perekonomian desa,” pungkasnya yang juga alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurusan Tarbiyah 1989. (Nur Anggraeni)