BANTUL – Produksi peyek kacang tanah dan peyek kedelai skala rumahan, satu pilihan usaha yang dapat diterapkan masyarakat di pedesaan. Tak membutuhkan peralatan mahal, produksi peyek hanya membutuhkan alat dapur utama seperti penggorengan atau wajan.
“Bahan baku utama tepung beras, kacang tanah, kedelai, teri kalau ada permintaan peyek teri,” ucap Sayadi, pengusaha peyek asal Demen, Jati, Sriharjo, Imogiri, Bantul.
Ditemui wiradesa.co di rumahnya, Kamis 18 Maret 2021, Sayadi menjelaskan tahapan produksi peyek yang menempati dapur khusus di halaman depan rumah. Pertama kali, beras direndam sekira satu jam. Kemudian ditiriskan. Keesokan hari baru digiling pakai mesin tepung. Tepung beras hasil gilingan dibikin adonan dengan penambahan telur, tepung rose brand, aneka bumbu; garam, kemiri, bawang agar lebih renyah dan gurih. Kacang tanah atau kacang kedelai masuk dalam adonan.
“Takaran dan komposisi bahan serta bumbu sudah baku. Kacang tanah atau kacang kedelai sekalian masuk dalam adonan. Bila sudah siap tinggal menggoreng,” imbuhnya.
Nyala api diatur sedemikian rupa, demikian pula dengan wajan. Dua ukuran wajan sengaja dipergunakan dalam produksi peyek milik Sayadi. Wajan kecil dipakai untuk mencetak peyek. Sementara wajan besar dipergunakan dalam proses pematangan. Selesai penggorengan, peyek ditiriskan hingga kadar minyak berkurang signifikan.
Produksi peyek Sayadi terbilang lancar. Saat ini pemasaran cukup besar selain di wilayah Yogya ada pula permintaan pengiriman kepada reseller di Semarang. “Dulu seminggu sekali kirim 60-70 dus ke Semarang. Sekarang ke Semarang masih kirim hanya berkurang. Kirim tiap dua minggu sekali,” tuturnya sembari menyebut pemasaran ke Semarang telah berjalan selama kurang lebih tujuh tahun.
Menghabiskan beras 50 kg dan 1,5 kuintal kacang tanah dalam sehari, akan dihasilkan 1500 bungkus peyek. Dalam satu bungkus terdapat enam peyek. “Harga jual tiap bungkus hanya Rp 3000,” ujar Sayadi.
Setahun ini, usaha peyek Sayadi mengalami penurunan usaha. Hal itu akibat anjloknya permintaan pasar. Produksi peyek yang dulu hanya libur sehari dalam sepekan kini terpaksa diliburkan tiga hari dalam sepekan. “Walaupun ada penurunan permintaan, produksi tetap jalan dari Senin hingga Kamis. Selebihnya libur. Kalau karyawan masih ada enam orang yang ikut kerja,” ujarnya. (Sukron)