Bank Sampah Dhuawar Sejahtera, Laba Tipis Jualan Jelantah Buat Tambahan Bayar Listrik

Penimbangan minyak jelantah (Foto: Wiradesa)

KULONPROGO – Layanan Bank Sampah Dhuawar Sejahtera makin banyak menjangkau para nasabah. Pertama kali dirintis 2016, bank sampah yang berlokasi di Padukuhan Kroco RT 21 RW 12 Sendangsari Pengasih beranggotakan 40 kepala keluarga sebagai nasabahnya. Dengan pengembangan dan kerja keras para pengurus, saat ini jumlah nasabah mencapai 180-an. Nasabah tak lagi lingkup masyarakat sekitar, ada pula nasabah dari luar desa bahkan luar kecamatan.

“Kegiatan pengumpulan dan penimbangan sampah masih sebulan sekali, tiap Ahad minggu ke-3,” kata penggagas Bank Sampah Dhuawar Sejahtera, Sugiyanto saat ditemui Minggu 15 Agustus 2021. Diceritakan, dulu nasabah datang membawa sampah yang telah dipilah. Saat ini petugas bank sampah dengan dukungan fasilitas sepeda motor roda tiga yang melakukan jemput bola, mengambil sampah ke rumah nasabah. Lalu, oleh pengelola ditimbang, dicatat sebelum diambil pengepul. Pengepul yang jadi mitra bank sampah tiap bulan selalu update harga. Rata-rata sebulan nominal uang yang masuk dari pengepul Rp 500-700 ribu. Hasil penjualan sampah berjenis plastik, kertas, logam dan kaca ke pengepul 90 persen dibayarkan kepada nasabah sedangkan sisanya 10 persen diperuntukkan bagi pengelola.

Baca Juga:  Rahmat Purwanto; Dua Tahun Cetak 456 Judul Buku

Di samping satu unit gedung sebagai tempat menjalankan kegiatan bank sampah beserta satu unit motor roda tiga, sejumlah peralatan seperti mesin pres, alat pencacah, timbangan duduk telah tersedia. “Fasilitas gedung, peralatan dan kendaraan berasal dari bantuan Dinas Lingkungan Hidup Kulonprogo pada 2018,” imbuh Sugiyanto yang sehari-hari menjabat sebagai Danarta di Kantor Kalurahan Sendangsari.

Guna melayani nasabah yang makin bertambah, bank sampah dibantu 9 orang tenaga termasuk pengemudi motor roda tiga yang bertugas melakukan pengambilan sampah bulanan. Menurut Sugiyanto, para pengelola dan petugas bank sampah mendapat ganti uang hadir saat penimbangan. “Yang hadir ikut membantu menimbang sampah mendapatkan sekadar uang lelah Rp 20-25 ribu. Kalau driver tergantung jumlah banyaknya pengambilan. Bila ambil sampahnya banyak bisa dapat Rp 50-100 ribu,” jelasnya.

Meski mengambil margin 10 persen dari penjualan sampah, pengelola bank sampah masih mampu membagikan uang lelah setiap ada kegiatan penimbangan sampah dan membayar uang listrik bulanan. Dikatakan Sugiyanto, dana operasional masih ditambah dari hasil penjualan minyak jelantah.

Baca Juga:  MWC Nahdlatul Ulama Sentolo Galang Dana Pengadaan Satu Unit Ambulance Gratis

“Ada 21 unit bank sampah se-Pengasih yang setor minyak jelantah ke Bank Sampah Dhuawar Sejahtera. Selanjutnya minyak jelantah kami jual lagi kepada pihak ketiga yang jadi mitra. Selisih keuntungan dari penjualan minyak jelantah bisa dipakai untuk tambahan uang listrik yang mencapai Rp 40 ribu saban bulan,” urainya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *