SLEMAN – Bisnis sandal suvenir terbuat dari aneka bahan natural digeluti H Eko Prayitno (51). Bagi Eko, produksi dan pemasaran sandal suvenir adalah hal baru. Sosok yang lebih dikenal khalayak sebagai Direktur Utama PT Pesona Cipta menuturkan, bisnis kerajinan dan cenderamata yang digelutinya tak hanya terpaku pada sandal suvenir semata tapi lebih dari itu.
“Tak menutup kemungkinan merambah produk lain. Bisa kursi bambu, atau jenis suvenir lain. Sementara ini cenderamata yang sudah dikerjakan dan langsung ditawarkan memang sandal suvenir terbuat dari bahan natural, goni, anyaman pandan, juga bahan kain perca. Ada pula sandal terbuat dari tenun koran bekas,” kata Eko Prayitno saat ditemui wiradesa.co awal pekan lalu di Estetika Art Work by Pesona Cipta, Jalan Cebongan, Telogohadi, Kowedan, Tirtoadi, Mlati.
Pangsa pasar sandal suvenir, menurut Eko seperti kalangan perhotelan. Melalui produk kerajinan sandal dan aneka suvenir, ia bermimpi kelak produk tersebut bisa menembus pasar internasional tak hanya skala nasional. “Saat ini mulai bangun promo lewat jaringan media sosial, lewat marketing tools, kanal YouTube. Terus geber promo pemasaran. Biar pun lokasi produksi kecil, masih berantakan, start pemasaran harus cepat-cepat. Khususnya lewat pemasaran online. Dan yang paling penting, keyakinan bakal sukses. Yakinlah bahwa sukses itu ada,” terang Eko.
Di atas lahan seluas sekitar 3000 meter, Eko tengah merintis pembangunan Estetika Art Work. Dia bahkan tak segan turun tangan sendiri, ikut babat alas. Tak jarang di tengah berbagai kesibukan dan rutinitas harian yang padat, Eko menyempatkan diri datang ke lokasi produksi. “Selepas main golf atau di sela kegiatan mengajar, saya ke sini. Kemarin ikut bersih-bersih. Buang rumput-rumput. Mengarahkan tukang mendesain lokasi yang rencananya mau didirikan gazebo bambu, tempat produksi, displai, musala, tempat makan, gudang. Ibaratnya desain sendiri, bangun sendiri,” papar Eko penuh semangat.
Melakukan ekspansi membuka bisnis baru, menurut Eko, bukannya tak berhitung perihal risiko. Tetapi menurutnya dalam hidup tak ada sesuatu yang tanpa risiko. Diam tanpa melakukan apa pun punya risiko. Dalam bisnis ia menisbatkan pada teori menyerang pada permainan sepak bola. Eko lebih suka mengambil inisiatif serangan ketimbang main pasif bertahan.
“Seperti main bola. Strategi terbaik tetap main menyerang. Mau dapat satu gol atau berapa, bahkan bila kalah tetap terhormat. Begitu pun hidup. Hidup tak boleh pasif. Kalau hanya diam, melamun risikonya ya jadi patung. Itu pun patung kere. Alangkah lebih baik bila dalam situasi dan kondisi apa pun kita tetap penuh semangat,” ujarnya.
Eko mengisahkan, dirinya menekuni bisnis sandal suvenir dan aneka kerajinan bermula dari pertemuannya dengan sosok Surip, yang lebih dari 30 tahun bergelut di produksi kerajinan. Selama ini, Surip lelaki asal Margokaton Seyegan bekerja freelance. Dan di masa pandemi, usaha Surip lesu sehingga butuh waktu cukup lama bagi Eko meyakinkan Surip agar mau jalan bareng mulai berkolaborasi memproduksi sandal suvenir dan memasarkannya lewat Estetika Art Work.
“Antara saya dan Pak Surip, Allah Swt lah yang mempertemukan. Semua sudah diatur. Apa yang terjadi hari ini, esok, lusa, kita tidak tahu. Yang bisa dilakukan hanya ikhtiar penuh semangat. Doa, bekerja, saya dan Pak Surip dipertemukan. Prinsipnya saya selalu berdoa agar diberi nasib baik. Bekerja ikhlas melakukan yang terbaik,” pungkas Eko. (Sukron)