YOGYAKARTA – Selama masa pandemi, permintaan ikan lele cukup tinggi. Harga lele stabil sekitar Rp 24.000 per kilogram di pasaran. Sayangnya tingginya harga ini kurang dinikmati petani lele.
Saat Wiradesa.co menanyakan beberapa penjual ikan lele di Jalan Kemasan Kotagede Yogyakarta dan Jalan Pleret Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis 4 Maret 2021, dari ikan segar yang dijual, penjualan lele yang paling tinggi.
Haryadi, penjual ikan segar di Jalan Kemasan Kotagede, menjelaskan dari tujuh jenis ikan yang ditawarkan, ikan lele yang paling banyak peminatnya. Setiap hari dia bisa menjual antara 50 sampai 90 kilogram lele. Jenis ikan lainnya hanya sekitar 10 sampai 20 kilogram.
Harga lele Rp 24.000/kg. Selain lele, Haryadi juga menjual ikan wader, nila, welut, kutok, udang, dan patin. Harga per kilogramnya, untuk wader Rp 30.000, nila Rp 35.000, belut Rp 75.000, kutok Rp 70.000, udang Rp 80.000, dan patin Rp 28.000.
Harga ikan segar yang ditawarkan di Kotagede Yogyakarta berbeda dengan di Jalan Pleret Bantul. Di wilayah Bantul, harganya relatif lebih murah. Tapi ada satu jenis ikan yang lebih mahal yakni wader. Jika di Yogyakarta harga wader per kilogram Rp 30.000 di Bantul Rp 40.000.
Willy, penjual ikan segar di Jalan Pleret Potorono, Banguntapan, Bantul, mengatakan permintaan ikan lele yang paling banyak dibandingkan jenis ikan segar lainnya. Rata-rata per hari, dia bisa menjual 20 kilogram ikan lele.
Harga ikan lele di Jalan Pleret per kilogram untuk ikan lele Rp 22.000, nila Rp 30.000, kutok Rp 65.000, belut Rp 70.000, dan dawer Rp 40.000. Selisihnya antara Rp 2.000 sampai Rp 5.000. “Untuk jenis ikan lele, bisa dipasok oleh petani lele di DIY, tapi jenis lainnya harus didatangkan dari luar DIY,” ujar Willy.
Meski harga lele di pasaran per kilogramnya mencapai Rp 24.000, tetapi di tingkat petani hanya sekitar Rp 15.000. Itu saja penjualannya agak sulit. Pembeli bisa menentukan harga, waktu, dan cara pembayarannya. Sedangkan petani tidak memiliki posisi tawar yang baik. Sehingga petani selalu dirugikan.
Petani lele di Seyegan Sleman, Mulyadi, mengungkapkan pembeli bisa menentukan harga, waktu, dan cara pembayarannya. Misalnya harga per kilogram Rp 15.000, waktunya bukan hari ini, tetapi diambil seminggu kemudian. Pembayarannya setelah ikan laku. “Sudah harganya sangat murah, waktunya diulur dan ini memerlukan biaya pakan lebih banyak,” kata Mulyadi.
Persoalan pemasaran ikan segar, khususnya ikan lele ini hampir sama dengan produk petani yang lain. Akhirnya petani yang selalu dirugikan. Sedangkan yang banyak mengambil keuntungan adalah tengkulak. Orang yang membeli langsung ke petani dan menjualnya ke pengecer di pasar atau tempat lain.
Jika ingin membantu kesejahteraan petani, maka jalur distribusi pemasaran harus dipotong. Upayakan petani bisa langsung menjual ke konsumen. Caranya, antara lain dengan memanfaatkan teknologi digital. (*)