KEBUMEN – Sebagai penjual susu kedelai dan tahu krispi, Anang Efendi, mengakui penghasilannya kini menurun tajam. Namun, dia tak pernah putus harapan. Lelaki kelahiran 1983 ini tetap mengisi rutinitas hariannya berjualan susu kedelai (sule) dan tahu krispi.
Perjuangan hidup Anang di kampung halaman diawali sejak tahun 2014. Kala itu, setelah pulang dari Ibukota. Dia memutuskan untuk tidak merantau lagi. “Awalnya, karena tidak punya modal, saya ikut orang. Saya bantu dari awal produksi. Jadi jam 01.00 malam saya sudah berangkat untuk mulai proses produksi sule. Habis subuh sudah siap edar,” kisah Anang, Sabtu, 06 Februari 2021.
Bermodalkan semangat, Anang Efendi membantu temannya yang juga baru merintis usaha pembuatan susu kedelai. Kala itu, Anang yang berdomisili di Dukuh Kebebekan Surotrunan, Alian, Kebumen, setiap hari harus berangkat ke rumah teman di Desa Karangtanjung, Alian, Kebumen sebelum pukul 01.00 malam untuk memulai produksi susu kedelai.
“Habis subuh, saya mulai keliling pakai motor bawa sule kurang lebih 200 bungkus setiap hari. Sekitar jam 8 sudah habis, saya pulang untuk istirahat.” Anang menjual satu bungkus sule seharga Rp2 ribu ke pelanggan. Dari harga tersebut, dia mendapat keuntungan Rp500 per bungkus. Jadi, setiap hari dia beroleh uang kurang lebih Rp100 ribu.
Tiga tahun jualan, Anang merasa punya cukup ilmu untuk membuat sule sendiri dengan rasa yang enak. Maka, dia pun mencoba produksi sule sendiri dengan mempekerjakan satu orang karyawan untuk membantu.
Seiring jalannya waktu, Anang ingin mengembangkan bisnis guna menambah pendapatan. Tanpa ragu dia memutuskan untuk berjualan tahu krispi di sore hari mulai pukul 16.00 sampai 20.00. Ternyata, usahanya cukup berhasil. Dalam semalam, kala ramai dia bisa menjual sampai seribu buah tahu krispi dengan harga jual Rp500 per buah.
Setahun menjalani bisnis rangkap, Anang memutuskan untuk lebih fokus pada bisnis tahu krispi, usaha sule yang dikelolanya pun dihibahkan kepada saudaranya. “Setahun itu saya dobel. Tapi lama-lama tenaganya nggak kuat. Jadi, saya fokus jualan tahu. Sule saya tetap jualan, tapi kembali lagi ambil dari teman. Cuma jual, nggak ikut proses produksi,” bebernya.
Dalam situasi pandemi, Anang mengaku pendapatannya turun drastis. Setiap hari dia hanya mampu menjual sule paling banyak 100 bungkus, sedangkan usaha tahunya pernah hanya menghasilkan Rp35 ribu dalam semalam. “Apa pun kondisinya saya syukuri. Insya Allah setelah pandemi bisa bangkit lagi,” pungkas Anang. (Endah Tri Rachmani)