KLATEN – Kreativitas yang didukung dengan ketekunan ternyata mampu menghasilkan karya bernilai ekonomis tinggi. Meski hanya dari bahan baku ban bekas, tetapi perajin dari Sidowayah Klaten ini bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp 10 juta per bulan.
Sugiharto, perajin ban bekas dari Desa Sidowayah, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mendapat berkah dari ban bekas. Awalnya, dia hanya iseng membuat pot bunga dari ban bekas. Kemudian membuat kursi taman, kursi teras, ayunan, pot sampah, dan lainnya.
Dari produk yang dihasilkan “Sido Mampir” nama bengkel milik Sugiharto, ternyata meja kursi dari ban bekas banyak diminati masyarakat. Pembelinya tidak hanya warga Klaten dan sekitarnya tetapi juga dari berbagai kota di Indonesia. “Kami juga pernah mengekspor meja kursi dari ban bekas ke Eropa,” ujar Sugiharto yang telah memulai usahanya sejak tahun 1986.
Beberapa negara Eropa yang menjadi pasar karya Sugiharto, antara lain Perancis, Belgia, dan Denmark. Selain Eropa, meja kursi ban bekasnya juga laku di Australia. Tahun 2020, perajin asal Klaten ini mengekspor 100 set meja kursi ke Denmark. Satu set terdiri dari satu meja dan empat kursi.
Harga satu meja Rp 150 ribu dan satu kursi Rp 175 ribu. Sehingga satu set dengan satu meja dan empat kursi dibandrol Rp 850 ribu. Setiap minggu, Sugiharto mampu memproduksi tiga set meja kursi. Sehingga dalam satu bulan menghasilkan 12 set meja kursi ban bekas. Jika satu set dihargai Rp 850 ribu, maka dalam sebulan mendapatkan penghasilan Rp 10.200.000.
Untuk kebutuhan bahan baku ban bekas, bagi Sugiharto tidak menjadi masalah. Karena sudah ada supplier yang secara rutin mengirimkan ban bekas kepadanya. Jika kekurangan ada penjual ban bekas di Sukoharjo yang siap memenuhi kebutuhan ban bekas yang diinginkan.
“Untuk bahan bakunya saya memilih ban bis besar, dan bila kita kekurangan bahan baku biasanya kita mencari ke daerah Sukoharjo,” ujar Sugiharto, Rabu 25 Agustus 2021. Jika ban bekasnya masih baik, maka hasil kerajinan meja kursinya juga bagus.
Perajin asal Sidowayah, Sugiharto sudah 35 tahun menekuni kerajinan ban bekas. Hasilnya lumayan bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Sayangnya, tidak ada anak yang meneruskan usaha kerajinannya. Sehingga sangat mungkin regenarasinya bisa terputus di tengah jalan. (Dio Rahadi)