GUNUNGKIDUL – Sosok polisi ini cukup istimewa. Dia suka beternak, pekerja keras, dan memiliki jiwa entrepreneur. Maka tidak heran, kepindahan tugasnya dari Mabes Polri Jakarta ke Polda Daerah Istimewa Yogyakarta terus ke Polres Gunungkidul memberi peluang besar bagi dirinya untuk mengembangkan potensi wirausahanya.
Saat pindah ke Polres Gunungkidul tahun 2012 dan bertugas sebagai Babinkamtibmas Desa Ngleri, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Bripka Sumantoro menyewa lahan di Desa Banaran untuk memelihara ayam.
“Awalnya saya memelihara 100 ayam petelor,” ujar Bripka Sumantoro saat ditemui wartawan Wiradesa di kandangnya Desa Banaran, Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (22/11/2020). Sekarang sudah berkembang ngopeni 5.000 ayam dan usaha lain yang terintegrasi.
Area di tengah hutan jati luas sekitar 4.000 meter persegi saat ini terdapat kandang ayam berisi 5.000 ayam, 23 kolam bioflok terbuat dari terpal, 100 biopon tempat pembesaran maggot, dan 7 kolam untuk pembudidayaan tanaman azolla. Kawasan yang jauh dari permukiman penduduk ini menjadi area usaha peternakan terpadu.
Budidaya lalat hitam atau biasa disebut Black Soldier Fly (BSF) menghasilkan maggot. Larva lalat ini untuk pakan lele dan ayam. “Dengan pakan maggot, lele dan ayamnya selain cepat pertumbuhannya juga sangat efisien,” tegas Sumantoro.
Selain maggot, polisi entrepreneur ini juga mengembangkan pakan alternatif untuk pembesaran lele. Tanaman azolla yang selama ini tidak diperhatikan masyarakat, ternyata merupakan pakan organik yang disukai lele.
Dengan 23 kolam terpal dan pakan dari maggot dan azolla, Sumantoro optimis setiap hari bisa panen lele. Jadi tidak harus nunggu dua atau tiga bulan untuk panen lele. Sebelumnya, permintaan lele setiap hari tidak bisa terpenuhi.
Meski usaha ternak terpadunya bisa dibilang sukses, namun Sumantoro ingin terus belajar dan berkembang. “Prinsip usaha saya, belajar dan berkembang,” tegas Sumantoro, seorang polisi yang memiliki jiwa entrepreneur. (Ono)