BANTUL – Peluang bisnis di bidang pendidikan makin terbuka. Salah satunya dengan mendirikan usaha bimbingan belajar (bimbel).
Prospek usaha ini kian menjanjikan seiring dengan sulitnya mata pelajaran sekarang. Tak dipungkiri, kurikulum yang diterapkan di era sekarang (tematik) kadang membuat bingung para murid. Demikian pula dengan para orang tua.
Tak heran jika mayoritas orang tua lebih memilih mendaftarkan anaknya ke bimbel atau les privat agar anaknya memahami mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Dari sinilah lahir peluang usaha bimbel. Peluang tersebut tak hanya dapat dimaksimalkan di kota, tetapi juga di desa. Seperti yang diceritakan oleh Viki Oktaviani Kharisma (41). Ibu muda yang akrab disapa Viki, tekun mengembangkan usaha bimbel di rumahnya di Perum Guwosari Blok 4 Nomor 15 Pajangan, Bantul.
Awalnya Viki bekerja sama dengan AHE, lembaga pendidikan nonformal yang fokus untuk melatih anak-anak belajar membaca. Karena melihat kondisi masyarakat sekitar, banyak anak SD yang belum lancar membaca. Baginya, membaca adalah pendidikan dasar yang harus dimiliki tiap anak dalam menjalani pendidikan formal. Khususnya era kurtilas ini, karena saat masuk SD sudah harus memahami isi bacaan. Maka inilah yang menjadi alasan Viki bekerja sama dengan lembaga AHE. Dan benar saja, berkat ketekunan, sudah banyak anak-anak yang ikut dalam kelasnya. Saat ini dia memiliki lebih dari 30 siswa. Belum termasuk siswa yang sudah lulus dan siswa baru yang datang silih berganti.
“Kebanyakan mau mendaftarkan anak-anaknya les di tempat saya, karena biasanya anak-anak itu kalau diajari orang tua sendiri malah ngeyel dan manja,” tutur Viki setelah mendengar pendapat dari para orang tua murid.
Hampir selama 6 tahun menjalankan usaha ini, Viki mengaku bisa meraup keuntungan sekitar Rp3 juta per bulan dengan modal awal hanya Rp1,4 juta. Selain dari segi pendidikan, tentu dari sisi ekonomi, Viki telah membantu meningkatkan pendapatan keluarga.
Seiring berjalannya waktu, Viki menangkap peluang baru. Murid-muridnya yang dulu belajar membaca saja, kini meminta untuk belajar materi-materi pelajaran lainnya. Maka, dia pun mengajak partner untuk membantunya. Di mana dalam proses pembelajaran satu murid diampu oleh satu guru.
“Jadi, selain les membaca, ada juga program les hitung yang meliputi hitung dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian. Serta konsultasi materi tematik SD.” jelas Viki. Selama menjalani usaha ini tentu banyak suka dan duka yang dialami. Terlebih saat menghadapi berbagai karakter murid. Dia merasa harus terus belajar mengontrol emosi dalam menghadapi berbagai macam tipe anak. Selain itu, selama pandemi, dia juga bertambah pengalaman. Sebagian orang tua murid minta tambah mata pelajaran. Karena orang tua mengalami kesusahan dalam menjelaskan pelajaran selama mendampingi anak belajar di rumah.
“Awal pandemi saya liburkan 3 bulan. Kemudian buka lagi Juni sampai sekarang. Bertambahnya murid, secara pribadi menguntungkan, tapi tanggung jawab lebih berat. Karena memang harus mengontrol murid untuk jaga jarak dan mengikuti protokol kesehatan. Ada rasa was-was sih, karena tanggung jawab pribadi terhadap jalannya kegiatan ini,” pungkasnya. (Ririn Kada)