Jalan Terjal Ariyanto Bangun Sun Marino, Bakpia Jogkem, Ulam Tirta Resto Hingga Rambah Usaha Pertambangan

Ariyanto dalam kegiatan UMKM bersama Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Kadin DIY (Foto: Istimewa)

YOGYAKARTA – Terjun ke dunia bisnis sudah menjadi pilihan hidup Ariyanto (46). Terangnya, berbisnis memberikan banyak pelajaran hidup. Terlebih, asam garam kehidupan berbisnis yang telah puluhan tahun dijalani, sudah menjadi bumbu-bumbu perjalanan kariernya. Yang selalu dipegang dari dulu hingga saat ini, berusaha berlapang dada atas risiko-risiko yang sudah maupun akan terjadi.

“Usaha yang baik, adalah usaha yang dijalankan. Justru, kegagalan yang sesungguhnya adalah yang tidak pernah dicoba. Ya, kalau misal saya nggak nyoba buat bakpia, pastinya saya gagal punya usaha bakpia. Kurang lebihnya seperti itu,” tukas pria yang akrab disapa Arya.

Bakat berbisnis Arya, tak jauh dari apa yang telah ditekuni ibunya sedari ia masih kanak-kanak. Kenang Arya, semenjak bapaknya meninggal, ibunya mampu menghidupi serta menyekolahkan anak-anaknya dari hasil usaha kuliner pecel lele.

Berharap yang terbaik, Ibu Arya, ingin sekali melihat anak-anaknya bisa menjadi pegawai atau PNS (Pegawai Negeri Sipil). Namun, Arya memiliki cita-cita lain, yakni memiliki usaha. Sebab Arya yakin, setinggi-tingginya jabatan seorang pegawai, tetap saja milik orang lain. Berbeda jika usaha itu miliknya sendiri.

Lika-liku Perjalanan Karir Arya

Sebelum akhirnya menceburkan diri ke dunia perbisnisan, ada banyak hal yang telah dilalui Arya. Selama masih menyandang gelar mahasiswa di sebuah Akademi Pariwisata, pria kelahiran Ngrahu, Bojonegoro, yang saat ini tinggal di Balecatur, Gamping, Sleman, juga pernah memiliki usaha kecil-kecilan.

Kisahnya, lulus kuliah tepat waktu, Arya mengajar di beberapa tempat, baik di SMK Pariwisata maupun akademi pariwisata. Pernah pula menjadi waiters hotel bintang 4. Karena keinginannya bisa keliling dunia sekaligus memperluas wawasan, beberapa tahun kemudian, Arya bekerja di sebuah kapal pesiar.

Selama meniti karier sebagai pegawai di kapal pesiar, gaji yang diperolehnya terhitung cukup besar. Namun, meskipun secara materi berkecukupan, Arya merasa berat karena harus sering berjauhan dengan keluarga.

Baca Juga:  Ayam Ingkung Kalasan: Jatuh Bangun hingga Jadi Rajanya Ingkung

Merasa tak ingin jauh-jauh dari keluarga, Arya memutuskan keluar dari kapal pesiar, lalu ikut investasi di perusahaan seluler terbesar di Yogya. Akan tetapi, ia harus menerima kenyataan kalau uang tabungan yang dikumpulkan selama bekerja di kapal pesiar raib seketika.

Kena tipu puluhan hingga ratusan juta, membuat kondisi ekonomi Arya memburuk. Akhirnya, Arya bekerja di Ambarketawang Group sembari mendirikan LPK Sun Marino Indonesia Diklat Hotel dan Kapal Pesiar. Selama 3 tahun di Ambarketawang Group, Arya baru memberanikan diri menggandeng investor mendirikan Pusat Oleh-oleh Bakpia Toegoe pada 2012. Usaha jalan, tetapi terjadi perpecahan. Sebab, timnya diputus sepihak, dan Arya tak mendapat hak atas kemitraan dalam bisnis.

Kemudian, bapak dari 5 anak tersebut mendirikan Bakpia Toegoe CIS. Sebab kurang modal, pada 2013, Arya menggandeng investor lagi. Namanya pun berganti menjadi Pusat Oleh-oleh Bakpia Soemadigdo. Dalam 3 tahun, Bakpia Soemadigdo mulai dikenal banyak kalangan. Akan tetapi, terjadi lagi perpecahan. Ia ditelikung mitra bisnisnya. Akhirnya, nama bakpia Soemadigdo berganti nama menjadi Bakpia Jogkem, sampai saat ini.

Dari hasil keuntungan yang didapat, Arya berhasil membuka usaha resto. Pada 2016, berdirilah Ulam Tirta Resto and Rest Area di Kalasan. Bisnis mengalami perkembangan. Pada 2019, Arya mendirikan perusahaan Pest Control yang bernama Nemato Profesional Care.

Keluarga Ariyanto (Foto: Istimewa)

Ditambah, Arya mendirikan PT Mitra Penyedia Utama supplier sembako untuk Hotel dan Resto pada 2020. Lalu, pada tahun yang sama, Arya mendirikan PT Bio Kreatif Indonesia bidang IT yang sudah menelorkan pembelajaran online dan develop market place Bio Biz, Martani, dan Kapensi Mart.

Sedangkan pada 2021, Arya berhasil mendirikan PT Berkah Gusti Bersama, di bidang pertambangan yang masih berjalan hingga saat ini.

Batu Sandung Sebelum Memiliki Usaha Bakpia Jogkem

Pengalaman bekerja di sebuah grup perusahaan besar dari 2009-2012, membuat Arya banyak dilirik oleh perusahan-perusahan besar lainnya. Meski begitu, Arya lebih memilih membangun usaha. Sebab, sekian tahun bekerja sebagai pegawai dan sudah sampai pada posisi yang cukup strategis, tak membuatnya tenang. Istilahnya, disikut sana-sini bukan hal baru.

Baca Juga:  Inovasi Produk Bambu Mujimin, dari Anyaman Gedek Hingga Alas Konstruksi Pemecah Ombak

Tak mau menyia-nyiakan peluang, Arya mulai membuka usaha. Pengalaman pertama saat membuka usaha bakpia dengan prinsip bermitra, Arya dipecat di tengah jalan, padahal sama-sama berstatus sebagai pemilik.

Kedua, saat diminta seseorang mengelola pusat oleh-oleh yang berbeda, Arya juga mengalami hal serupa. Yaitu ketika perusahaan sudah berkembang dan mapan, Arya ditinggalkan begitu saja.

Prinsip dalam Menjalankan Roda Bisnis

Dalam menjalankan bisnis, ada 3 unsur penting yang harus dipersiapkan Arya. Yaitu modal, tempat, dan kemampuan manajemen.

Dari pengalaman beberapa kali membangun usaha bersama yang berujung nahas, menjadikan Arya lebih berhati-hati. “Prinsip saya bermitra itu harus mutual. Ketika memutuskan usaha bareng, artinya kan bermitra. Ya harus ada kesepakatan untuk berbagi,” terang Arya.

Berbagi, menurut Arya, meliputi 3 aspek. Yaitu berbagi pekerjaan, hasil, dan juga transparansi. Kecerdasannya dalam berbisnis, membuat usahanya tak mandek di kuliner saja. Melainkan merambah ke banyak bidang lain. Seperti pendidikan, pertambangan, teknologi.

“Tidak hanya satu bidang saja. Usaha harus multifrekuensi. Artinya, kalau semisal kuliner, ya jangan kuliner saja. Sebab, kita tidak tahu kalau suatu ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misal ketika kuliner saja dan itu mati, bisa selesai semua. Terutama di situasi pandemi. Kuliner sepi, ya habis semua. Kalau sekarang, pariwisata mati, oleh-oleh ikutan susut, bahkan resto tidak bisa operasi lagi,” tandasnya.

Untungnya, imbuh Arya, di tengah kondisi pandemi, ia memiliki beragam usaha. Dalam membangun usaha, kunci yang dipegang Arya ialah melakukan ATM. Yaitu Amati, Tiru, dan Modifikasi.

Mengenal Bakpia Jogkem

Mengenai ciri khas Bakpia Jogkem, suami dari Utami Widiaputranti (37) mengatakan, terletak pada kelembutan isi, dengan balutan kulit yang dibuat tipis sehingga tidak mudah rontok, disertai kacang hijau yang sudah dikelupas.

Baca Juga:  Produksi Tahu, Turasmi Giling 150 Kilogram Kedelai Tiap Hari

Proses pembuatannya, mulai dari direbus, ditiriskan, dikukus menggunakan api, kemudian digiling tanpa api, lalu di-mixer dengan api. Setelah itu, di-oven menggunakan api, guna mematangkan kulit.

Dengan harga terjangkau, rasa yang disediakan pun bervarian. Mulai dari original, kacang hijau, coklat, capucino, green tea, tiramisu, susu, bahkan mulai ada rasa buah-buahan. “Untuk rasa, kita mengikuti perkembangan,” tambah Arya.

Kemampuannya menciptakan resep formula bakpia yang dimodifikasi dengan rasa tidak terlalu manis, membuat produknya digemari banyak kalangan. Tak jarang, para wisatawan lokal maupun mancanegara berkunjung ke toko oleh-oleh Arya, baik yang berada di Jl Ireda No 5-7, Prawirodirjan, Gondomanan, Yogyakarta, maupun Jl KH A Dahlan no 25, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta, untuk mencicipi bakpia Jogkem.

Bakpia Jogkem juga dipasarkan di beberapa marketplace. Karena tak bisa tahan lama, dalam pengirimannya diupayakan paket cepat, agar bisa sampai ke pembeli dalam kondisi tetap terjaga. Di sisi lain, setiap outlet juga disedikan open kitchen.

Dalam obrolannya, Arya juga menyampaikan pesan, jangan sampai ada permusuhan dalam membangun usaha dengan konsep kemitraan. Selain itu, tegas Arya, di dalam usaha atau bisnis, gagal bukanlah hal yang diinginkan, tetapi sudah menjadi bagian dari risiko. “Saya sendiri, pernah mengalami yang namanya bisnis gagal,” ucapnya kemudian.

Setiap usaha, pasti ada tantangan yang menghadang, lanjut Arya, kalau berhasil, senangnya sangat terasa, apalagi mendapat apresiasi dan perhatian dari banyak orang. Begitu pun kalau gagal. Malunya juga setengah mati. “Bisa dibilang, berbisnis itu penuh misteri. Yang paling penting, kalau berhasil jangan lupa berbagi. Serta, menjadi orang baik itu sudah keharusan,” pungkas Arya, sebagai penutup obrolan panjangnya. (Septia Annur Rizkia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *