SLEMAN – Partisipasi berbagai kalangan sangat dibutuhkan dalam memuluskan program siaran TV digital yang telah dicanangkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dengan mulai dihentikannya siaran TV analog secara bertahap. Para seniman sebagai figur yang banyak dikenal masyarakat bisa turut ambil bagian dalam menyukseskan agenda besar migrasi siaran TV analog menuju siaran TV digital.
Peran aktif seniman antara lain ikut menyosialisasikan analog switch off (ASO) yang bakal dilaksanakan paling lambat 2 November 2022 mendatang. Hal itu disampaikan Gita Gilang, seniman nyentrik asal Sleman sekaligus pemilik Sanggar Seni Gita Gilang di Blunyahgede, Sinduadi, Mlati.
“Sebagai pribadi atau sebagai seniman, sebisa mungkin ikut berpartisipasi menyukseskan program pemerintah dalam hal ini program dari Kemenkominfo yang lagi punya gawe besar menuju siaran TV digital dari semula siaran TV analog,” papar Gita Gilang saat berbincang dengan wiradesa.co, Minggu 12 Juni 2022.
Sebagai seniman, Gita Gilang mengaku turut berpartisipasi menyosialisasikan migrasi siaran TV analog menuju siaran TV digital lewat program siaran di TVRI Jogja dan TVRI Jateng yang diisinya. Kepada wiradesa.co, dia cukup fasih menuturkan seputar program ASO seperti berbagai perlengkapan yang dibutuhkan agar TV tetap bisa menangkap siaran digital meskipun pesawat TV yang dimiliki termasuk TV lama. “Saya sendiri sudah terlibat ikut menyosialisasikan perubahan siaran TV analog ke TV digital dengan menggunakan bantuan alat set top box (STB) bila TV yang dimiliki di rumah masih model lama bukan smart TV. Sosialisasi dilakukan lewat TVRI Jogja dan TVRI Jateng,” ungkapnya.
Di TVRI Jateng, lanjutnya, dia menyampaikan materi sosialisasi migrasi TV digital salah satunya lewat balutan acara komedi Jathilan Jail. Pada acara itu, ia membawa perangkat STB dan menceritakannya serta mengajak narasumber kompeten dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Tengah. “Di acara Jathilan Jail TVRI Jateng, itu kan komedi, mengundang narasumber dari Kominfo. Di samping cerita, juga membawa alat STB untuk diterangkan. Narasumber dilibatkan kemudian menjelaskan bagaimana model dan program TV digital serta bagaimana praktik penggunaan STB, bagaimana memasangnya,” ucap Gita Gilang.
Wiradesa.co pun berusaha menelusuri jejak digital bagaimana seniman Gita Gilang menyampaikan sosialisasi migrasi siaran TV digital. Lewat saluran https://www.youtube.com/watch?v=OGtrXBI2frU aksi kocak Gita Gilang membawakan tema ASO kerap memantik tawa. Pada acara yang disiarkan Maret lalu Gita Gilang rupanya didampingi Kabid Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Dinas Kominfo Provinsi Jawa Tengah, Agung Hariyadi SE MM.
Selain lewat acara TV, Gita Gilang yang juga didapuk sebagai Ketua RW 33 Padukuhan Blunyahgede Sinduadi Mlati Sleman mengakui, dirinya sudah melakukan sosialisasi migrasi TV digital beserta penjelasan perlunya alat STB guna menjangkau siaran TV digital kepada warganya. “Di lingkungan RW, warga kami yang miskin menerima PKH dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) banyak. Meski begitu, sudah ada warga yang beli STB, dan punya TV digital. Komentar dari yang sudah beli STB kalau ngomong sama tetangga bilangnya lebih bagus. Gambarnya jelas, terang, jernih, detail tayangan lebih jelas, suaranya lebih bagus, canggih. Ya, positiflah. Meski banyak alternatif hiburan, banyak anak muda berselancar mencari hiburan lewat kanal You Tube namun masih ada perhatian warga terhadap siaran televisi. Mereka mau berinisiatif beli STB secara mandiri tak menunggu-nunggu dapat bantuan STB atau tidak,” jelasnya.
Seperti diketahui, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, rumah tangga miskin (RTM) yang memenuhi syarat bakal mendapatkan bantuan STB gratis dari penyelenggara MUX. Pemerintah sifatnya turut membantu penyediaan STB. Sedangkan bagi warga yang menginginkan STB gratis, terlebih dahulu harus memenuhi sejumlah persyaratan.
Pada unggahan di halaman Facebook Kominfo DIY Sabtu 11 Juni 2022 dijelaskan sejumlah kriteria bagi penerima STB gratis. Yakni pertama, yang bersangkutan adalah warga Negara Indonesia dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP), tergolong rumah tangga miskin serta mempunyai televisi. Kedua, harus terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kemensos RI atau perangkat daerah di bidang sosial. Ketiga, lokasi penerima bantuan harus dalam cakupan yang terdampak analog switch off (ASO). Jika memenuhi syarat, pemerintah akan mendistribusikan STB melalui penyelenggara logistik.
Sehubungan dengan persyaratan tersebut masyarakat diimbau proaktif mengecek data pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dengan cara mengunduh aplikasi ‘Cek Bansos’ di playstore. Setelah mengunduh, pilih menu ‘Daftar Usulan’. Pilih menu ‘Tambah Usulan’. Dengan NIK KTP dan Kartu Keluarga, sistem akan memvalidasi serta mencocokkan data. Bila sudah tervalidasi, Anda dapat memilih jenis bantuan, salah satunya Set Top Box (STB) gratis. (Sukron Makmun)