Intensitas Cahaya Matahari Cukup Hasil Panen Porang Besar-besar

Muhammad Irsyadul Ibad, petani Dusun Karet, Pleret, Bantul (Foto: Wiradesa)

BANTUL – Porang, tanaman berjenis umbi-umbian yang saat ini tengah jadi perbincangan banyak orang, baik dari kalangan petani maupun pengusaha. Banyaknya permintaan pasar luar negeri, juga harga relatif tinggi menjadikan porang bak primadona baru di dunia pertanian.

Tertarik bertani porang, Muhammad Irsyadul Ibad sejak 2020 mulai membudidayakannya. Dipilihnya porang karena tanaman tersebut memiliki harga pasar tinggi. “Pilihan jatuh pada porang karena melihat potensi pasarnya yang masif. Entah itu bertahan berapa lama,” tuturnya saat ditemui wiradesa.co di Dusun Karet, Pleret, Bantul, pada Selasa 27 April 2021.

Baginya bertani porang hampir sama dengan menanam padi dan tanaman lain. Harus melakukan olah lahan dan berbagai macam perawatan agar mendapatkan kualitas porang yang baik.

Persiapan Lahan

Dalam pengolahan lahan laki-laki kelahiran Jawa Timur itu mengatakan, tujuan olah lahan sebenarnya sama, yaitu memperbaiki tiga hal; pertama fisika tanah, kedua biologi tanah dan ketiga kimia tanah. Tetapi kebanyakan orang dalam mengolah lahan hanya memikirkan bagaimana cara memberi pupuk.

“Fisika tanah itu penggemburan, biologi tanah itu apa yang hidup di tanah yang membantu pertumbuhan. Kalau kimia tanah itu, memberi pupuk. Kalau metode kami, memperbaiki ketiganya. Restorasi fisika, kimia dan biologi tanah. Ketiga komponen harus terpenuhi,” terangnya.

Baca Juga:  Mengawali Panen, Petani Karangwetan Gelar Upacara Wiwit

Lebih lanjut dia mengatakan, setelah ketiga hal tersebut terpenuhi, kemudian lanjut proses berikutnya. “Fase selanjutnya kami sebut sterilisasi tanah. Karena, tanah itu mengandung banyak penyakit dan mengandung banyak jamur yang mengganggu tanaman. Sterilisasi dengan menyemprot menggunakan pestisida dan fungisida organik. Sterilisasi gunanya untuk membunuh jamur dan mencegah hama tanaman.

Setelah sterilisasi tanah dilakukan, tahap selanjutnya mendesain kembali tanah. Yakni memasukkan bakteri dan memasukkan beberapa jenis jamur, salah satunya jamur trichoderma. Jamur tersebut berfungsi untuk mencegah jamur patogen yang dapat merusak tanaman. “Setelah semua dilakukan, baru proses tanam. Setelah ada jeda,” ucapnya.

Irsyad mengatakan, kebanyakan petani selama ini hanya melakukan pemupukan dengan pupuk kimia agar tanamannya subur. Di satu sisi benar, tapi di sisi yang lain banyak tanah yang mengeras karena dampak dari pupuk tersebut.

Tantangan Menanam Porang

Setiap tanaman mempunyai tantangan masing-masing, termasuk tanaman porang. Tetapi tanaman berjenis umbi-umbian ini tidak terlalu banyak hama seperti padi.

“Porang tidak banyak hama. Paling ketika awal pergeseran musim ketemu dengan ulat. Ulat sebenarnya tak perlu diobat. Karena lebih ke siklus ya. Ulatnya hitam, jadi kalau diambili terus, nanti tiga minggu sudah nggak ada. Akhirnya habis. Terus yang kedua musuh terbesarnya adalah jamur. Jamur yang membuat porang busuk,” terangnya.

Baca Juga:  Sugiyanto: Panen Padi Menurun Akibat Serangan Wereng
Bibit porang (Foto: Wiradesa)

Lebih lanjut laki-laki yang juga bertani padi dan cabai itu menuturkan, tantangan lain dari tanaman porang yakni gulma. Sehingga penting bagi para petani untuk mencabutinya atau menggunakan mulsa. Baik menggunakan jerami atau menggunakan plastik.

Lokasi Ideal Budidaya Porang

Tanaman porang bisa tumbuh di tempat berketinggian 0-2.000 Mdpl. Selain itu tanaman porang membutuhkan cahaya minimal 65 persen. Kalau semisal berada di bawah teduhan yang kurang cahaya, tanaman porang akan tumbuh, tetapi hasil tidak akan bagus.

Selain itu, apabila cahaya kurang dari 65 persen, porang akan gampang terkena jamur. Sehingga jarak tanam harus diatur. “Biasanya kalau intensitas cahaya kurang pohon akan tinggi, karena dia ngejar matahari. Dan umbi tidak akan terlalu besar. Berbeda dengan tanaman yang intensitas mataharinya cukup. Punya kami tanpa naungan. Intensitas cahaya full. Pohon tidak besar-besar, tapi umbi yang kami dapat besar-besar,” katanya sambil menunjukkan umbi porang di sawah.

Jarak Tanam

Jarak tanam porang tidak kalah pentingnya diperhatikan. Sebab jarak tanam juga akan mempengaruhi pertumbuhan porang. “Jarak tanam porang 30 cm dan ke sini (kesamping) 60 atau 70 meter,” tuturnya.

Baca Juga:  Budidaya Tanaman Herbal Cabai Jawa, Mudah dan Menguntungkan

Jarak terlalu jauh tidak bagus, karena tidak memiliki daya topang. Sebaliknya, kalau tanaman porang sesuai ukuran, akan memiliki daya topang. Artinya ketika tanaman tersebut diterpa angin akan tetap berdiri.

Perawatan Porang

Untuk perawatan porang, agar menghasilkan porang yang bagus, Irsyad setiap satu minggu sekali memasukkan trichoderma. Selain itu, dia juga melakukan pemupukan daun setiap minggu dan untuk pupuk kocor dia melakukannya tiga minggu sekali.

Mengingat harga saat ini cukup mahal, dia berpesan kepada para petani porang pemula agar lebih hati-hati dalam memilih bibit dan harus melakukan perawatan intensif agar tanaman porang tidak hanya sekadar tumbuh, tetapi juga menghasilkan.

Panen Porang

Memanen menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu banyak orang. Karena ingin menikmati hasil jerih payahnya. Cepat atau lambat dalam memanen porang tergantung pada besar atau kecilnya bibit porang yang ditanam. Selain itu, dipengaruhi perawatan.

“Logika panen ada banyak faktor. Yang pertama dari sisi bibit. Semakin kecil bibit semakin panjang juga perawatan. Yang kedua dari sisi pengelolaan. Dari sisi pengelolaan tergantung intensifnya macam-macam, vitamin contohnya,” tutur Irsyad sembari menyebut bila bibitnya besar satu musim tanam sekitar 6 bulan, porang sudah dapat dipanen. Tiap tanaman bisa menghasilkan setidaknya 2 kilogram porang. (Syarifuddin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *