Pelihara 20 Kambing PE Hasilkan Pendapatan Rp100 Juta/Tahun

Suradal bersama kambing PE miliknya (Foto: Ono/Wiradesa.co)

KULONPROGO – Beternak Kambing Peranakan Etawa (PE) hasilnya menggiurkan. Seorang peternak di Hargotirto, Kokap, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengaku mendapatkan penghasilan sekitar Rp100 juta setiap tahun dengan memelihara 20 kambing PE.

Suradal, warga Dusun Soropati, Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, memelihara Kambing PE sejak tahun 2011. Sebelumnya dia memelihara kambing biasa. “Saya beternak kambing itu sejak tahun 90-an,” ujar Suradal, saat ditemui wartawan Wiradesa.co di kandang kambingnya, Jumat (21/8/2020).

Kandang kambing milik Suradal di Dusun Soropati terlihat bagus dan bersih. Kandangnya terbuat dari kayu yang disekat-sekat. Setiap satu kambing satu sekat. Jadi tidak campur. Setiap sekat selain ada tempat untuk pakan juga ada tempat cairan mineral yang digantung di atas kandang.

“Cairan itu campuran dari mineral, garam, dan semen putih, gunanya untuk penawar racun yang kemungkinan ada di pakan dedaunan,” kata Suradal. Menurutnya, kebersihan kandang dan kesehatan kambing harus diperhatikan jika ingin sukses beternak kambing. Jika kandangnya kotor dan kambingnya sakit-sakitan, maka peternak tidak untung, tapi malah buntung.

Baca Juga:  Sri Sultan akan Cek Perkembangan Rencana Pembangunan Grha Pers Pancasila

Untuk menjaga kesehatan kambing, diusahakan kambing dimandikan setiap minggu sekali. Kemudian jangan ada kotoran di bawah kandang, karena kotoran kambing itu akan menimbulkan gas amoniak dan bisa menyebabkan kambing sakit. “Bawah kandang kambing harus bersih. Jangan ada kotoran yang menumpuk di bawah kandang,” tegas Suradal.

Suradal, warga Dusun Soropati (Foto: Ono/Wiradesa.co)

Pendapatan dari ternak kambing PE yang pokok ada dua, yakni dari anakan dan susu. Suradal mengungkapkan, setiap satu tahun menghasilkan 20 anakan. Harga anakan kambing PE sekitar Rp3 juta. Jadi total dari anakan sekitar Rp60 juta.

Sedangkan hasil dari susu setiap hari sekitar 6 liter. Jika dihitung 1 tahunnya menghasilkan 2.160 liter. Harga susu kambing 1 liter Rp 20.000. Jika dihitung total pendapatan dari susu sekitarRp 43,2 juta. “Dari 20 kambing PE ini, kami mendapat penghasilan sekitar Rp 100 juta,” jelas Suradal.

Kambing PE bisa diperah susunya 3 bulan setelah melahirkan. Lama bisa diperah antara 5 sampai 8 bulan. Keunggulan kambing PE di Soropati Hargotirto itu bisa menghasilkan susu dan anakan. Umumnya di daerah lain, hanya anakan saja.

Baca Juga:  Berdayakan Ekonomi Lewat Kerajinan Rajut

Selain anakan dan susu, hasil lain yang didapatkan para peternak kambing adalah kotorannya. Kotoran kambing diolah menjadi pupuk kandang yang nilai ekonomisnya juga cukup tinggi. Namun para peternak, umumnya pupuk kandang dimanfaatkan sendiri untuk memupuk tanaman pangannya sendiri.

Anggota Kelompok Tani Mantep Makaryo ini mengemukakan untuk penjualan anakan kambing PE dan susunya sangat gampang. Para bakul kebanyakan datang langsung ke Dusun Soropati. Susu biasanya diambil pedagang dari Kalibawang. Dulu peternak menjual sendiri ke Sleman. Jika berbentuk bubuk, bisa dikirim ke berbagai daerah di Indonesia. Pedagang di Kepulauan Riau memerlukan bubuk susu kambing PE sedikitnya 15 kilogram per minggu.

Dengan penanganannya yang bagus dari hulu sampai hilir, mulai dari pemeliharaan kambing, pembuatan kandang, pemanfaatan pupuk, penjualan anakan dan susu, Kelompok Tani Mantep Makaryo beranggotakan 41 peternak ini pernah menjadi Juara Nasional 2014. Dengan prestasinya itu, banyak peternak dan pihak terkait yang mengadakan kunjungan kerja atau studi banding ke Dusun Soropati Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo.

Baca Juga:  Ikanesia Pelopor Budidaya Lele Sehat

Para peternak, seperti Suradal, Sukamto, dan lainnya sudah sepakat untuk menjadikan Dusun Soropati menjadi tujuan wisata edukasi, khususnya pendidikan soal ternak kambing PE. Letak dusunnya di bawah Bukit Wisata Pulepayung. Untuk menuju kandang kambing PE, pengunjung melewati obyek wisata Pulepayung menuruni jalan di perbukitan Menoreh. Jalannya ekstrem dan sangat mengesankan bagi masyarakat umum, khususnya dari perkotaan. (Ono/Wiradesa.co)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *